Tuesday 18 September 2012

Novel Swort Art Online Jilid 1 Bahasa Indonesia

Sinopsis Cerita

Mustahil melarikan diri sebelum game diselesaikan; 'Game Over' sama artinya dengan «kematian»—.
Tanpa mengetahui «kebenaran» dari MMO (Massively Multiplayer Online) generasi selanjutnya , «Sword Art Online(SAO)», sekitar sepuluh ribu orang masuk bersamaan, membuka tirai game kematian yang kejam ini.
Bermain sendirian dalam SAO, sang karakter utama Kirito dengan segera menerima «kebenaran» dari MMO ini.
Dan di dalam dunia game tersebut, sebuah kastil raksasa yang melayang bernama «Aincrad», dia membedakan dirinya sebagai solo player.
Bertujuan untuk menyelesaikan game tersebut dengan mencapai lantai teratas, Kirito dengan penuh risiko bermain sendirian.
Karena dipaksa oleh seorang pendekar wanita yang ahli menggunakan 'Rapier' bernama Asuna, akhirnya Kirito bekerja sama dengannya.
Pertemuan itu membawa kesempatan untuk menarik keluar takdir Kirito.


Novel legendaris yang jumlah pembuka website pribadinya lebih dari 6.5 juta.

Sword Art Online Bahasa Indonesia:Jilid 1

Prolog

Sebuah kastil besar yang terbuat dari batu dan baja melayang di langit tak berujung.
Hanya itulah isi dari dunia ini.
Butuh waktu sebulan bagi berbagai kelompok pengrajin untuk meninjau lantai dasar yang berdiameter sekitar 10 kilometer — cukup luas untuk memasukkan seluruh Setagaya[1] ke dalamnya. Di atasnya terdapat 100 lantai yang tersusun lurus ke atas; ukurannya sangat luar biasa. Sekedar menebak berapa banyak data yang digunakan untuk membuatnya pun mustahil.
Di dalamnya terdapat beberapa kota besar, dengan banyak kota dan desa kecil, hutan serta padang rumput, dan bahkan danau. Hanya satu tangga yang menghubungkan setiap lantai, dan tangga itu berada di dungeon[2] tempat monster-monster berkeliaran. Karena itu, menemukan dan melewatinya bukan hal yang mudah. Namun, ketika seseorang melewatinya dan tiba di sebuah kota di lantai atas, «Gerbang Teleportasi» antara lantai itu dan semua kota di lantai bawah akan terhubung, sehingga semua orang dapat bergerak dengan bebas dari lantai ke lantai.
Di bawah kondisi ini, kastil raksasa itu terus menerus ditaklukkan sejak dua tahun lalu. Garis depan sekarang ada di Lantai ke-74.
Nama kastil itu adalah «Aincrad», sebuah dunia pertarungan pedang yang terus melayang, melingkupi kurang lebih enam ribu orang di dalamnya. Dikenal juga dengan nama...
«Sword Art Online»


[edit] Bab 1

Sebuah pedang abu-abu menebas pundakku.
Garis tipis di pojok kiri atas penglihatanku berkurang sedikit. Pada saat yang bersamaan aku merasa sebuah tangan yang dingin menembus jantungku.
Garis biru—yang bernama "HP bar[3]"—adalah sebuah penanda visual dari energi kehidupanku. Di sana masih tersisa sekitar 80 persen. Tidak, kalimat itu kurang tepat. Sekarang, aku sudah 20 persen mendekati kematian.
Aku segera melompat ke belakang sebelum pedang musuh mulai bergerak menyerang.
"Haaa...."
Aku memaksakan diri untuk menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan diri. 'Tubuh' di dunia ini tidak membutuhkan oksigen, tetapi tubuh yang di dunia nyata mungkin saja sedang bernapas dengan cepat. Tanganku mungkin saja sedang berkeringat dan jantungku berdetak dengan cepat.
Tentu saja.
Bahkan jika semua yang kulihat ini adalah virtual reality[4] 3 dimensi, dan garis HP-ku yang sedang berkurang hanyalah sekumpulan angka yang menunjukan sisa HP-ku, kenyataan bahwa aku sedang bertarung mempertaruhkan nyawa tidaklah berubah.
Saat kalian memikirkannya seperti itu, pertarungan ini sangatlah tidak adil. Itu karena musuh di depanku adalah monster berkepala dan berekor kadal, bertubuh manusia dengan kulit berwarna hijau gelap. Mereka bukanlah manusia, bukan juga makhluk hidup. Mereka hanyalah sekumpulan data digital yang akan terus muncul berapa kali pun dibunuh.
—Tidak.
AI yang mengendalikan lizardman[5] sedang mempelajari gerakanku dan memperbaiki kemampuannya merespon seiring berjalannya waktu. Tetapi, saat dia dihancurkan, data tentang pertarungannya pun hilang dan tidak diturunkan ke unit yang akan muncul kembali di area ini.
Ini membuat lizardman tersebut seperti makhluk hidup. Seperti makhluk yang memiliki pikiran masing-masing.
"...Benar 'kan?"
Tidak mungkin dia mengerti apa yang kukatakan, tapi lizardman tersebut (seekor monster level 82 yang bernama «Lizardman Lord») berdesis sambil menyeringai dan menunjukan taring tajam yang keluar dari rahangnya.
Ini adalah kenyataan. Semua yang ada di dalam dunia ini nyata. Tidak ada virtual reality ataupun kepalsuan apa pun di dalam dunia ini.
Aku mengubah posisi pedang panjang satu tangan-ku dengan tangan kanan sejajar dengan bagian tengah tubuhku sambil memperhatikan musuh.
Lizardman itu menggerakkan buckler[6] yang berada di tangan kirinya ke depan dan menarik scimitar[7] di tangan kanannya ke belakang.
Angin dingin bertiup ke dalam dungeon yang gelap dan mengguncangkan api obor. Lantai yang basah dengan lembut memantulkan sinar dari obor yang berkelap-kelip.
"Kraaah!!"
Bersamaan dengan teriakan yang keras tersebut sang lizardman melompat maju. Scimitar-nya membentuk kilatan cahaya yang tajam menuju ke arahku. Sebuah cahaya jingga yang menyilaukan menyala dari lintasan scimitar tersebut. Sebuah teknik pedang kelas atas dari pedang lengkung, «Fell Crescent». Teknik pedang kelas atas yang dapat menempuh jarak 4 meter dalam waktu 0,4 detik.
Tapi, aku telah menantikan serangan itu.
Aku telah perlahan-lahan menambah jarak untuk menciptakan situasi agar AI yang menggerakkan lizardman itu menggunakan teknik tersebut. Aku mencium bau terbakar dari tebasan scimitar yang hanya berjarak beberapa senti dari hidungku.
"Ha ...!!"
Dengan teriakan singkat, kuayunkan pedang secara horizontal. Pedang tersebut sekarang tertutupi oleh efek cahaya biru langit, memotong melalui perutnya yang hanya memiliki pelindung tipis, tetapi bukan darah yang keluar melainkan cahaya merah yang berterbangan. Monster itu berteriak dengan suara pelan.
Tetapi pedangku tidak berhenti. Sistemnya membimbingku mengikuti gerakan yang terprogram dan melanjutkan ke tebasan yang selanjutnya dengan kecepatan yang biasanya mustahil.
Ini adalah elemen paling penting dalam bertarung di dunia ini, «Teknik Pedang».
Pedangku melesat cepat dan menebas dari kiri ke dada lizardman. Dari posisi ini, aku berputar dan serangan ketiga mengenai lebih dalam dibanding sebelumnya.
"Raarrgh !"
Bersamaan dengan pulihnya lizardman dari keadaan stun[8], setelah gagal menyerang dengan teknik tingkat tinggi, dia berteriak dengan marah atau mungkin ketakutan dan mengangkat tinggi-tinggi scimitar-nya ke udara.
Tetapi rangkaian seranganku belum selesai. Pedang yang sedang mengayun ke kanan tiba-tiba berbalik arah dan mengenai jantungnya—titik yang kritis.
Jejak sinar di udara berbentuk kotak bekas serangan 4 kali berturut-turut dariku berpijar, kemudian terpencar. Sebuah teknik 4 tebasan horizontal, «Horizontal Square».
Cahaya terang menyinari dungeon dan kemudian menghilang. Pada saat yang sama, HP bar diatas kepala lizardman menghilang tanpa menyisakan satu titik pun.
Tubuh yang besar itu jatuh, meninggalkan jejak yang panjang, kemudian terhenti tiba-tiba.
Sama seperti kaca yang pecah, lizardman itu pecah menjadi pecahan kecil yang tak terhitung jumlahnya dan menghilang.
Ini adalah «Kematian» di dunia ini, singkat dan cepat. Kehancuran sempurna tanpa meninggalkan jejak sedikit pun.
Aku melihat experience point[9] dan barang yang kudapat, yang muncul dengan tulisan berwarna ungu di tengah penglihatanku, dan mengayunkan pedangku ke kanan dan ke kiri sebelum menyarungkan pedangku di sarung pedang yang berada di punggungku. Aku mundur beberapa langkah dan menyandarkan punggungku ke dinding dan perlahan terduduk.
Lalu aku menghela napasku yang kutahan sejak tadi dan menutup mataku. Keningku mulai terasa pening, mungkin karena letih akibat pertarungan yang panjang. Aku menggelengkan kepalaku beberapa kali untuk menghilangkan rasa pusing dan membuka mataku.
Jam yang bersinar yang berada di bagian kanan bawah penglihatanku menunjukan bahwa sekarang sudah melewati jam 3 sore. Aku harus segera keluar dari dungeon ini atau aku tidak akan mencapai kota sebelum gelap.
"...Bagaimana kalau aku pulang sekarang?"
Di sini tidak ada seorang pun yang mendengar, tapi aku tetap mengatakannya dan perlahan-lahan bangun.
Aku sudah menyelesaikan kegiatan hari ini. Entah bagaimana aku sekali lagi terhindar dari tangan kematian. Tetapi setelah istirahat sejenak, hari esok akan datang bersama dengan pertarungan yang lebih banyak lagi. Ketika berada dalam pertarungan yang tanpa 100 persen kemungkinan menang, sebanyak apa pun jaring-jaring pengaman yang kalian siapkan, akan datang suatu hari dimana keberuntungan kalian habis.
Masalahnya adalah apakah permainan ini akan «terselesaikan» atau tidak sebelum kematian menjemputku.
Kalau kalian menghargai nyawa kalian lebih dari apa pun, bertahan di kota dan menunggu seseorang menyelesaikan game ini adalah pilihan yang paling bijaksana. Tetapi aku tetap pergi solo[10] ke garis depan seorang diri. Apakah aku hanya seorang pecandu VRMMO[11] yang terus meningkatkan statusnya melalui pertarungan yang tak terhitung, ataukah—
Apa aku hanyalah seorang idiot yang dengan mudahnya berpikir bahwa dia bisa memenangkan kebebasan dari semua orang di dunia ini dengan pedangnya?
Saat aku berjalan menuju pintu keluar labirin dengan senyum tipis yang mencerca diriku sendiri, kuingat kembali hari itu.
2 tahun yang lalu.
Saat semuanya berakhir dan dimulai.

Bab 2

“Ahh… ha… uwahh!”
Sebuah pedang mengayun bersamaan dengan teriakan aneh itu, tanpa mengenai apa pun kecuali udara.
Tepat sesudahnya, babi rusa biru itu bergerak dengan kecepatan yang cukup mengejutkan jika dibandingkan dengan badannya yang besar, menerjang ke arah pemburunya. Aku tertawa terbahak-bahak melihatnya terlempar ke udara dan berguling menuruni bukit setelah tertabrak oleh hidung pesek babi rusa itu.
"Hahaha, bukan seperti itu. Gerakan awal itu sangat penting, Klein."
"Argh… sialan."
Pemburu yang sedang menggerutu itu, anggota party[1]-ku yang bernama Klein, berdiri dan melirik ke arahku sambil menjawab dengan lesu.
"Tapi Kirito, meskipun kau bilang begitu, aku tak bisa mengenai musuh yang bergerak."
Aku bertemu dengan orang ini, orang yang berambut merah dan mengenakan bandana dan sebuah armor[2] kulit sederhana di tubuhnya yang kurus itu, beberapa jam yang lalu. Jika dia memberitahukan nama aslinya, mungkin akan sulit untuk tidak menggunakan honorifik, tapi nama Klein miliknya dan nama Kirito milikku ini adalah nama yang dibuat untuk karakter kami. Menambahkan "-san" atau "-kun" akan membuat nama kami menjadi lebih menggelikan dibandingkan apa pun.
Kaki orang yang sedang dibicarakan itu mulai bergetar.
Sepertinya dia sedikit pusing.
Aku mengambil sebuah kerikil di bawah kakiku dan mengangkatnya sedikit lebih tinggi dari bahuku. Sesaat setelah sistemnya mendeteksi gerakan awal dari sebuah teknik pedang, kerikilnya mulai memancarkan sedikit sinar berwarna hijau.
Setelah itu tangan kiriku bergerak dengan sendirinya dan batunya terlempar, meninggalkan segaris cahaya dan mengenai celeng itu diantara alisnya. Ggiik! celeng itu memekik kesal dan berbalik ke arahku.
"Tentu saja mereka bergerak. Mereka bukan boneka latihan. Tapi jika kau mulai dengan gerakan yang tepat, sistemnya akan meneruskan teknik pedangmu dan mengenai targetnya untukmu."
"Gerakan... gerakan..."
Sambil berkomat-kamit seperti sedang membaca mantra, Klein mengangkat pedang pendek yang ada di tangan kanannya.
Meskipun babi rusa biru, atau nama aslinya «Frenzy Boar» adalah monster level 1, Klein telah menghabiskan hampir setengah dari HP-nya karena terkena serangan balasan akibat serangannya yang asal-asalan tadi. Yah, meskipun dia mati, dia akan dihidupkan kembali di «Kota Awal» dekat sini. Tapi, berjalan menuju daerah perburuan lagi itu agak menjengkelkan.
Sepertinya tinggal satu serangan lagi sebelum pertarungannya berakhir.
Aku sedikit memiringkan kepalaku saat aku menangkis terjangan boar itu dengan pedang yang ada di tangan kananku.
"Hmm, bagaimana cara menjelaskannya ya, ini tidak seperti satu, dua, tiga lalu terjang, tapi lebih seperti mengumpulkan sedikit tenaga dan sesaat setelah kau merasakan kalau skill-nya dimulai, lalu BAM! Dan kau merasa kalau itu mengenai monsternya."
"Bam, ya?"
Muka Klein yang agak tampan itu menyeringai hingga tidak enak dipandang mata dan dia mengangkat pedangnya setinggi perutnya.
Menarik dan menghela napas, setelah menarik napas yang dalam, dia menurunkan kuda-kudanya dan mengangkat pedangnya. Kali ini sistemnya mendeteksi kalau posenya benar dan pedangnya mulai memancarkan sinar berwarna jingga.
"Ha!"
Dengan teriakan kecil itu, dia melompat dengan gerakan yang sangat berbeda dibandingkan sebelumnya. Swish-! bersamaan dengan suara itu, pedangnya meninggalkan jejak merah menyala di udara. «Reaver», teknik dasar pedang lengkung satu tangan, menancap di leher bagian kanan babi rusa yang sedang menerjang dan melenyapkan seluruh HP-nya, yang sekitar setengah penuh (seperti Klein).
Guekk! Babi rusa itu menjerit dan tubuh besarnya mulai terpecah seperti kaca, dan angka-angka berwarna ungu muncul, menunjukan berapa banyak experience point yang kudapat.
“Yeeeeaaaahhh!”
Klein berpose kemenangan dengan senyuman besar di wajahnya dan mengangkat tangan kirinya. Aku menepuknya dan tersenyum padanya.
"Selamat atas kemenangan pertamamu. Tapi, babi rusa itu hanya selemah slime[3] di permainan lain."
"Eh, benarkah? Kupikir babi rusa itu adalah semi-boss atau sejenisnya."
"Mustahil."
Senyumanku menjadi agak miris saat aku menyarungkan pedangku di punggungku.
Meskipun aku menggodanya, aku mengerti perasaannya sekarang. Karena aku punya pengalaman 2 bulan lebih daripada dia. Hanya sekarang dia bisa merasakan kegembiraan menghancurkan musuhnya dengan tangannya sendiri.
Klein mulai menggunakan teknik pedang yang sama berulang-ulang sambil berteriak. Mungkin itu adalah salah satu caranya untuk berlatih. Aku meninggalkannya sendiri dan melihat sekeliling.
Padang rumput yang terbentang sangat luas ini bersinar kemerahan saat matahari mulai terbenam. Di utara terlihat bayang-bayang hutan, danau yang berkilauan, dan aku bisa melihat tembok yang mengelilingi kota hingga ke timur. Di bagian barat ada langit yang tak terbatas dengan awan berwarna keemasan yang melayang di atasnya.
Kami ada di padang rumput yang terbentang di sebelah timur dari «Kota Awal» yang berada di ujung utara dari lantai pertama kastil terbang raksasa «Aincrad». Seharusnya ada banyak sekali pemain lain yang sedang bertarung dengan monster di sekitar sini, tapi karena terlalu luas, tidak ada satu pun dari mereka yang terlihat.
Terlihat puas, Klein menyarungkan pedangnya dan berjalan kemari sambil melihat sekeliling juga.
"Omong-omong, berapa kali pun aku melihat sekeliling seperti ini aku masih belum bisa percaya kalau kita ini «berada di dalam game»."
"Yah, meski kau bilang 'di dalam', bukan berarti kalau jiwa kita tersedot ke dalamnya atau sejenisnya. Yang melihat dan mendengar bukanlah mata dan telinga, melainkan otak kita dengan mengirimkan sinyal dari «Nerve Gear».
Aku berkata begitu sambil mengangkat bahuku. Klein mengerutkan bibirnya seperti anak kecil.
"Kau mungkin sudah terbiasa sekarang, tapi bagiku ini adalah pertama kalinya aku melakukan «Full Dive». Bukankah ini luar biasa? ...Aku benar-benar bersyukur dilahirkan di zaman ini!"
"Kau berlebihan."
Tapi meskipun tertawa, aku setuju dengannya.
«Nerve Gear»
Itulah nama perangkat keras yang menjalankan VRMMORPG—«Sword Art Online».
Bentuk dasar mesin ini sangat berbeda dibandingkan dengan yang lama.
Tidak seperti perangkat keras tipe lama yang seperti "monitor layar datar" atau "stick game", Nerve Gear mempunyai bentuk seperti helm yang menutupi seluruh kepala dan wajah.
Di dalamnya terdapat banyak pemancar sinyal, dan dengan menggunakan pemancar sinyal itu, Gear-nya langsung mengakses ke dalam otak si pemakai. Si pemakai tidak menggunakan mata dan telinganya untuk melihat dan mendengar, melainkan menangkap sinyal yang dikirimkan langsung ke otak mereka. Ditambah lagi, mesinnya tidak hanya bisa mengakses indra pendengaran dan penglihatan, tapi juga bisa mengakses indra peraba, perasa, dan penciuman. Singkatnya, kelima indra.
Setelah memakai Nerve Gear, kalian kunci tali pengikatnya di dagu dan mengatakan perintah inisiasi («Link Start»), semua suara menghilang dan kalian akan diselimuti kegelapan. Segera, setelah melewati lingkaran berwana pelangi di tengah, kalian sudah berada di dunia yang terbuat sepenuhnya dari data.
Jadi...
Setengah tahun lalu, mesin ini (yang mulai dijual pada Mei 2022) berhasil membuat «Virtual Reality». Perusahaan elektronik yang membuat Nerve Gear menyebut keadaan terhubung dengan virtual reality...
«Full Dive».
Dunia yang sepenuhnya terpisah dari kenyataan, cocok dengan kata "full".
Alasannya adalah karena Nerve Gear tidak hanya mengirimkan sinyal palsu pada kelima indra, tetapi juga memblokir dan mengembalikan sinyal yang dikirimkan oleh otak ke tubuh.
Ini bisa dibilang syarat paling dasar untuk bergerak dengan bebas di dalam Virtual Reality. Jika tubuhnya menerima sinyal dari otak ketika si pengguna dalam keadaan Full Dive, pada saat si pengguna memutuskan untuk «Berlari», tubuh asli mereka akan menabrak tembok.
Karena Nerve Gear mampu mengembalikan perintah yang dikirimkan oleh otak melalui tulang belakang, aku dan Klein bisa bebas menggerakan avatar kami dan mengayunkan pedang kami sesukanya.

Kami benar-benar terjun ke dalam game.

Pengalaman ini benar-benar memikatku dan banyak pemain lainnya, hingga membuat kami tidak akan pernah bisa kembali ke pena-sentuh atau sensor gerakan.
Klein melihat ke arah angin yang berhembus melalui padang rumput dan tembok kastil dengan air mata sungguhan di matanya.
"Jadi, SAO adalah game pertama yang kaumainkan dengan Nerve Gear?" Aku bertanya.
Klein yang terlihat seperti seorang prajurit tampan yang berasal dari zaman perang menengok ke arahku dan mengangguk.
"Ya."
Jika dia menggunakan ekspresi yang serius di wajahnya, dia akan terlihat seperti aktor yang sedang memerankan drama zaman dulu. Tentu saja ini sangat berbeda dari tubuh aslinya di dunia nyata. Ini hanyalah avatar yang dibuat berasal dari memilih diantara daftar pilihan.
Tentu saja, aku juga terlihat seperti seorang protagonis yang sangat tampan dari sebuah anime fantasi.
Klein meneruskan pembicaraan dengan suaranya yang terdengar pelan tapi bersemangat, tentu saja ini juga berbeda dengan yang di dunia nyata.
“Yah, tepatnya aku membeli perangkat kerasnya segera setelah aku mendapatkan SAO. Hanya ada sepuluh ribu yang dikeluarkan sekarang, jadi kupikir aku memang sangat beruntung. Tapi, kalau dipikir-pikir kau sepuluh kali lebih beruntung daripada aku karena kau terpilih untuk beta testing. Mereka cuma mengambil seribu orang!”
“Ah, ya, benar juga.”
Klein terus melihat ke arahku. Tanpa sadar aku menggaruk kepalaku.
Aku masih ingat kesenangan dan rasa antusias saat pembuatan «Sword Art Online» diumumkan sudah selesai lewat media seperti baru kemarin.
Nerve Gear telah membuat dunia permainan menjadi lebih maju dengan Full Dive-nya. Tapi, karena mesinnya masih baru selesai, hanya game-game yang tidak terkenal saja yang ada untuk dimainkan. Contohnya puzzle, dan game-game yang berhubungan dengan pelajaran atau lingkungan, itu membuat kecewa para penggemar game sepertiku.
Nerve Gear benar-benar bisa menciptakan sebuah virtual reality.
Tapi kau hanya bisa berjalan 100 meter sebelum kau mencapai batas dinding di dunia itu; itu benar-benar mengecewakan. Para pecinta game sepertiku, yang benar-benar menghargai pengalaman berada di dalam game, tidak mungkin kalau kami tidak menantikan suatu game dengan gaya tertentu.
Kami mulai menunggu untuk sebuah game network yang bisa memuat jutaan orang mendaftar dan masuk, bertarung bersama dan hidup sebagai karakter mereka sendiri, atau dengan kata lain—sebuah MMORPG.
Ketika rasa antisipasi dan kesabaran kami mencapai puncaknya, VRMMORPG pertama diumumkan tepat waktunya, «Sword Art Online». Panggung permainan ini adalah sebuah kastil raksasa yang terdiri dari 100 lantai.
Para pemain hidup di sebuah dunia dengan hutan dan danau, hanya mengandalkan pedang dan kemampuan mereka untuk menemukan rute untuk menuju ke lantai atas dan mengalahkan monster yang tak terhitung jumlahnya untuk membuka jalan menuju lantai teratas.
«Magic» yang dianggap merupakan bagian yang tidak bisa digantikan dari MMORPG fantasi telah dihilangkan dan skill yang tidak terhitung jumlahnya yang bernama «Sword Skills» dibuat. Itu mungkin adalah salah satu rencana untuk membuat para pemain bisa merasakan pengalaman dari pertarungan dengan tubuh mereka sendiri melalui full dive sebanyak mungkin.
Skill-nya bervariasi termasuk skill produksi seperti pandai besi, penjahit, dan kemampuan sehari-hari seperti memancing, memasak, dan bermain musik, mengizinkan pemain tidak hanya berpetualang di dalam game besar ini tetapi juga benar-benar «hidup» di dalamnya. Jika mereka mau, dan skill level mereka cukup tinggi, mereka bisa membeli rumah dan hidup sebagai pengembala domba.
Saat informasi ini disampaikan, rasa antusias para gamer menjadi semakin tinggi.
Beta test-nya hanya mengajak seribu orang pencoba. Katanya, ada seratus ribu orang, setengah dari jumlah Nerve Gears yang terjual saat itu, ingin menjadi pencobanya. Keberuntungan adalah satu-satunya alasanku bisa terpilih. Selain itu, beta tester mendapat keuntungan tambahan karena diberikan prioritas ketika game-nya sudah resmi keluar.
Dua bulan beta testing terasa seperti mimpi saja. Di sekolah, aku selalu memikirkan tentang susunan skill-ku, equipment dan item, dan lari langsung ke rumah segera setelah sekolah berakhir dan masuk ke game hingga subuh. Beta test-nya berakhir dalam sekejap mata, dan di hari di mana karakterku direset, aku merasa kehilangan yang sangat besar seperti setengah tubuh asliku menghilang.
Dan sekarang-11 November 2022, Minggu.
«Sword Art Online» setelah semua persiapannya telah selesai, jam 1 siang servis server-nya resmi dimulai.
Tentu saja, aku telah menunggu selama 30 menit dan langsung masuk tanpa menunggu sedetik pun, tapi ketika aku memeriksa keadaan server-nya, sembilan ribu lima ratus orang lebih sudah masuk ke dalam game. Sepertinya semua orang yang beruntung mendapatkan gamenya merasakan hal yang sama denganku. Semua situs penjualan online mengumumkan kalau gamenya terjual habis tepat setelah penjualan dibuka dan penjualan offline, yang dimulai sejak kemarin, telah terbentuk barisan orang yang mengantri lebih dari empat hari, membuat keributan yang cukup hingga bisa masuk dalam berita. Itu berarti semua orang yang beruntung bisa membeli kaset game nya hampir semuanya adalah penggemar game serius.
Kelakuan Klein menunjukan semua ini dengan jelas.
Setelah aku masuk ke dalam SAO, aku mulai berlari melalui jalan batu yang sudah kukenal di «Kota Awal» untuk menuju ke toko senjata. Menyadari kalau diriku adalah seorang beta tester setelah melihatku memulai dan berlari tanpa ragu, Klein berlari ke arahku.
“Hei, ajarkan aku beberapa hal!” dia memohon.
Aku heran kenapa dia bisa begitu tidak tahu malu dan memohon ke orang yang baru dia temui. Aku kehilangan kata-kataku karena takjub.
“Ah, kalau begitu… Bagaimana kalau kita ke toko senjata dulu?” Aku menjawabnya seperti seorang NPC; kami akhirnya membuat sebuah party, dan aku mulai mengajarinya beberapa dasar bertarung—dan itulah mengapa kami berakhir seperti ini.
Sebenarnya, aku tidak terlalu akrab dengan orang di dunia nyata atau di dalam game, bahkan mungkin lebih sedikit di dalam game dibanding dengan di dunia nyata. Selama beta testing aku mengenal beberapa orang, tapi aku tidak terlalu dekat dengan mereka hingga tidak bisa menyebut mereka sebagai teman.
Tapi Klein punya sisi yang agak bersahabat, dan aku juga tidak berpikir kalau itu tidak mengenakkan. Berpikir kalau aku mungkin bisa akrab dengannya, aku membuka mulutku.
“Jadi… Apa yang sekarang mau kaulakukan? Apa kau mau terus berburu hingga kau terbiasa?”
“Tentu! Itu yang mau kubilang, tapi…”
Mata Klein melihat ke arah bawah kanan dari penglihatannya. Dia pasti sedang memastikan waktu.
“…Yah, aku harus keluar dari game dan makan. Aku memesan pizza untuk jam 5:30.”
“Benar-benar sudah mempersiapkan segalanya.”
Aku tidak bisa mengatakan hal lain, Klein membusungkan dadanya.
“Tentu saja!” dia berkata begitu dengan bangga. “Aku sudah janji untuk bertemu beberapa teman di «Kota Awal» sebentar lagi. Aku bisa memperkenalkan beberapa dari mereka dan kau bisa mendaftarkan mereka sebagai teman. Dengan begitu kau bisa kapan pun mengirim pesan. Bagaimana?”
“Errr… Hmmm…,” Tanpa sadar aku bergumam.
Aku agak akrab dengan Klein, tapi tidak ada jaminan kalau aku bisa akrab dengan teman-temannya. Aku merasa kalau kemungkinannya lebih besar kalau aku tidak akan bisa akrab dengan mereka, dan sebagai akibatnya, aku juga tidak bisa berteman dengan Klein lagi.
“Haruskah aku…?”
Terlihat mengerti alasanku menjawab dengan tidak begitu yakin, Klein menggelengkan kepalanya.
“Ah, aku tidak bermaksud memaksamu. Lagipula akan ada kesempatan lain untuk memperkenalkan mereka.”
“…Ya. Maaf, dan terima kasih.”
Segera setelah aku berterima kasih padanya, Klein menggelengkan kepalanya sekuat mungkin.
“Hei, hei! Seharusnya aku yang berterima kasih padamu. Aku menerima banyak bantuan darimu. Aku akan membalas jasamu lain kali. Kalau kita ketemu lagi.”
Klein tersenyum dan melirik ke arah jam sekali lagi.
“…Yah, aku akan keluar sebentar. Terima kasih banyak, Kirito. Sampai jumpa lagi.”
Dengan begitu, dia menaruh tangannya ke depan. Saat itu, kupikir orang ini pasti adalah seorang pemimpin yang hebat di dalam «game lain» dan bersalaman dengannya.
"Ya, sampai jumpa."
Kami melepaskan tangan masing-masing.
Itu adalah saat di mana Aincrad, atau Sword Art Online, berhenti menjadi sebuah game yang menyenangkan bagiku.
Klein berjalan mundur sedikit dan menempelkan jari tengah dan jempol tangan kanannya lalu menarik ke bawah.. Ini adalah hal yang perlu dilakukan untuk memanggil «main menu window». Segera setelahnya terdengar suara berdering dan muncul sinar kotak berwarna ungu.
Aku menyingkir sedikit dan duduk di sebuah batu lalu membuka menu-ku juga. Aku mulai menggerakkan jariku untuk menyusun item yang kudapat setelah bertarung dengan boar tadi.
Lalu.
"Eh?" Klein berkata dengan nada yang aneh.
"Apa ini? …tidak ada tombol keluar-nya."
Saat itu aku berhenti menggerakkan jariku dan mengangkat kepalaku.
"Tidak ada tombolnya…? Mustahil, coba lihat lebih jelas."
Aku berkata dengan sedikit bingung. Dia membuka matanya lebar-lebar di bawah bandannanya dan mendekatkan kepalanya ke menu. Kotaknya lebih panjang ke samping daripada ke atas, dan mempunyai sekumpulan tombol di bagian kiri serta sebuah gambaran karakter yang menunjukkan equipment yang kaupakai di bagian kanan. Di bagian bawah menu ada tombol «LOG OUT» yang digunakan untuk keluar dari dunia ini.
Ketika aku kembali melihat ke arah list yang menunjukkan items yang kudapat setelah beberapa jam bertarung, Klein mulai berbicara dengan nada yang tinggi tidak seperti biasanya.
“Benar-benar tidak ada. Coba lihat Kirito.”
“Sudah kubilang tidak mungkin tidak ada di sana…” aku bergumam sambil menghela napas lalu mengklik ke tombol di bagian kiri atas untuk kembali ke menu screen.
Inventory window dibagian kanan menutup dan kembali ke menu utama. Di sebelah kiri dari gambar karakter, yang masih memiliki banyak tempat kosong, tersusun tombol-tombol.
Aku menggerakkan tanganku ke bawah seperti biasa dan—
Tubuhku membatu.
Tidak ada.
Seperti yang dikatakan Klein, tombol yang ada di sana ketika beta test—tidak, bahkan tombol yang masih ada ketika aku masuk ke dalam game—telah menghilang.
Aku memandangi tempat kosong itu selama beberapa detik, lalu melihat ke seluruh bagian menu, memastikan kalau itu bukan dipindahkan saja posisinya. Klein melihatku dengan kata “Benar, 'kan?” tertulis diwajahnya.
“…tidak ada, 'kan?”
“Ya, tidak ada.”
Aku mengangguk, meski itu agak menjengkelkan untuk langsung setuju dengannya. Klein tersenyum dan mulai mengusap-usap dagunya yang tebal.
“Yah, ini kan hari pertama, jadi bug seperti itu mungkin terjadi. Seharusnya sekarang para GM sedang kewalahan dengan jumlah pesan yang membanjiri pesan masuk-nya,” Klein berkata dengan tenang.
“Apakah tidak apa-apa kalau kau hanya berdiri saja seperti itu? Kau bilang kalau kau memesan pizza, ya 'kan?” Aku sedikit menggodanya.
“Ah, benar juga!”
Aku tersenyum saat melihatnya kepanikan, dan membuka matanya lebar-lebar.
Aku melempar beberapa item yang tidak kuperlukan dari inventory, yang telah menjadi merah karena terlalu banyak item di dalamnya, lalu aku berjalan kearah Klein.
“Argh! pizza ikan teri dan ginger ale ku-!”
“Kenapa kau tidak coba menghubungi GM? Mereka mungkin bisa memutuskan hubungan servermu dari sana.”
“Sudah kucoba, tapi tidak ada respon sama sekali. Ini sudah pukul 5:25! Hei, Kirito! Apa tidak ada cara lain untuk keluar?” Setelah mendengarkan apa yang Klein katakan sambil melambaikan tangannya—
Wajahku menjadi kaku. entah kenapa aku merasa takut dan merinding di punggungku.
“Coba kupikir… Untuk keluar…” Aku berbicara sambil berpikir.
Untuk keluar dari virtual reality ini dan kembali ke kamarku, aku harus membuka menu, menekan tombol 'Keluar dari game' dan menekan 'Ya' di jendela yang muncul di sebelah kanan. Itu sangat simpel. Tapi-pada saat yang sama, selain prosedur itu, aku tidak tahu cara lain untuk keluar dari game.
Aku melihat ke wajah Klein, yang berada sedikit lebih tinggi dari wajahku dan menggelengkan kepalaku.
“Tidak… Tidak ada. Jika kau mau keluar dari game, kau harus menggunakan tombol di menu, selain itu tidak ada cara lain.”
“Itu mustahil… Pasti ada suatu cara!”
Klein tiba-tiba mulai berteriak seperti kalau dia tidak mempercayai kata-kataku.
“Kembali! keluar dari game! Kabur!”
Tapi tentu saja, tidak ada yang terjadi. Di SAO tidak ada perintah suara seperti itu.
Setelah dia berteriak ini dan itu dan bahkan melompat, Aku berbicara padanya.
“Klein, itu sia-sia. Bahkan di manual tidak tertulis apa pun tentang pemutusan akses darurat.”
“Tapi… Ini gila! Bahkan jika ini adalah bug, aku bahkan tidak bisa kembali ke kamarku semauku!” Klein berteriak dengan ekspresi bingung diwajahnya.
Aku sangat setuju dengannya.
Ini mustahil. Benar-benar tidak masuk akal. Tapi ini kebenaran yang tidak bisa dibantah.
“Hei… Apa-apaan ini? Ini benar-benar aneh. Sekarang, kita tidak bisa keluar dari game ini!"
Klein tertawa menyedihkan dan mulai berbicara lagi.
“Tunggu, kita cukup mematikannya saja. Atau lepas saja «Gear»-nya.”
Ketika aku melihat Klein menggerakkan tangannya, yang bergerak seperti sedang melepas sebuah helm yang tidak terlihat, aku merasa kalau kegelisahanku kembali.
“Itu mustahil, dua-duanya. Sekarang ini kita tidak bisa menggerakkan tubuh asli kita. «Nerve Gear»-nya menerima semua sinyal yand dikirim dari otak kita dan mengirimkannya kemari…” Aku memegang bagian belakang kepalaku. “… dan menyampaikannya ke tubuh kita di sini.”
Klein perlahan-lahan menutup mulutnya dan menurunkan tangannya.
Kami berdua berdiri tanpa berbicara selama beberapa saat, saling berpikir.
Untuk mendapat keadaan Full Dive, Nerve Gear memblokir semua sinyal yang dikirim oleh otak kita dan mengirimkannya kemari supaya kita bisa mengontrol tubuh kita di dunia ini. Jadi, berapa liarpun aku menggerakkan tubuhku di sini, tubuhku di dunia nyata, yang sedang terbaring di kasur sekarang tidak akan bergerak sedikit pun; memastikan kalau aku tidak akan membenturkan kepalaku ke sisi meja atau apa pun.
Tapi karena fungsi ini, kita tidak bisa bebas keluar dari kondisi Full Dive.
“…jadi, selain bug-nya diperbaiki atau seseorang dari dunia nyata melepaskan Gear-nya, kita hanya bisa menunggu?” Klein bergumam, terlihat sedikit pusing.
Aku diam-diam setuju dengannya.
“Tapi aku tinggal sendiri. Kau?”
Aku sedikit ragu-ragu tapi aku mengatakan yang sebenarnya padanya.
“…Aku tinggal dengan ibuku dan adik perempuanku, bertiga. Kupikir aku pasti akan dipaksa keluar dari kondisi Dive jika aku tidak keluar saat makan malam…”
“Apa? Be-Berapa umur adik perempuanmu?”
Klein tiba-tiba melihat ke arahku, matanya bercahaya. Aku mendorong kepalanya menjauh.
“Kau agak tenang sekarang, ya 'kan? Dia anggota klub olahraga dan membenci game, jadi dia tidak mungkin bisa akrab dengan orang seperti kita… Tapi daripada itu,” aku membentangkan tangan kananku untuk mengganti jalan pembicaraannya. “Apa kau tidak berpikir kalau ini aneh?"
“Tentu saja. Ini kan bug.”
“Bukan, maksudku bukan hanya bug saja, ini adalah bug «mustahil keluar dari game», ini masalah yang cukup besar yang bisa membuat pengoperasian game itu sendiri terganggu. Seperti pizza-mu di dunia nyata yang semakin mendingin setiap detik, ini benar-benar merugikan keuangan, ya 'kan?"
“…sebuah pizza dingin… Itu sama saja dengan natto keras!”
Aku mengabaikan komentar yang tidak berarti itu dan melanjutkan pembicaraan.
“Jika sudah seperti ini, seharusnya operator akan segera mematikan server nya dan membuat semua pemain keluar dari game apa pun yang terjadi. Tapi… Ini sudah lebih dari 15 menit sejak kita menyadari hal ini dan belum ada satu pun pesan dari sistem yang muncul, meski kita abaikan penghentian server-nya, ini sudah terlalu aneh."
“Hmm, sekarang kupikir-pikir kau benar juga."
Sekarang Klein mulai mengusap dagunya dengan ekspresi serius diwajahnya. Di bagian bawah bandanna yang menutupi dahinya, pengetahuan terpancar di dalam matanya.
Aku mulai mendengarkan Klein, merasa sedikit aneh berbicara dengan orang yang belum pernah kutemui jika aku menghapus akun milikku.
“…perusahaan yang membuat SAO, «Argas» adalah perusahaan yang terkenal karena sangat memperhatikan penggunanya, ya 'kan? Itulah kenapa orang-orang berebutan membeli kasetnya meskipun ini adalah game online pertamanya. Semua itu akan sia-sia jika mereka membuat kesalahan seperti ini di hari pertamanya."
“Aku setuju, and SAO adalah VRMMORPG pertama. Jika ada sesuatu yang salah sekarang, mereka pasti akan segera memperbaikinya."
Klein dan aku melihat wajah virtual masing-masing dan menghela napas.
Musim di Aincrad dibuat berdasarkan kenyataan, jadi sekarang di sini juga sedang memasuki musim gugur.
Aku melihat ke atas, menghirup udara virtual, menarik napas dingin yang dalam.
Sekitar 100 meter di atas aku bisa melihat atap berwarna ungu muda yang merupakan bagian bawah dari lantai 2. Sambil mengikuti permukaannya yang tidak rata, aku melihat menara besar—«labirin» yang merupakan jalan menuju ke lantai atas, dan melihatnya terhubung dengan jalan keluarnya.
Saat itu jam 5:30 lewat dan garis kecil di langit yang terlihat berwarna merah seperti matahari terbenam. Meski berada di situasi seperti ini, melihat padang rumput luas yang berwarna keemasan karena memantulkan sinar matahari sore, aku menemukan diriku tidak bisa berbicara di depan keindahan dunia virtual ini

Tepat sesudahnya.

Dunia berubah selamanya.

Bab 3

Ding, ding, Sebuah suara seperti bel , atau mungkin sebuah bel peringatan, terdengar dengan keras, membuatku dan Klein melompat karena kaget.
“Ah…”
“Apa ini!?”
Kamu berteriak bersamaan dan melihat satu sama lain, kedua mata kami terbuka lebar.
Klein dan aku diselimuti oleh pilar cahaya berwarna biru terang. Di balik cahaya biru itu, padang rumput di penglihatanku perlahan-lahan menjadi kabur.
Aku pernah mengalami ini beberapa kali selama beta testing. Ini adalah «Teleport» yang dapat dilakukan dengan menggunakan sebuah item. Aku tidak punya item yang dibutuhkan dan aku juga tidak meneriakkan perintah yang seharusnya diucapkan. Apakah operator nya melakukan teleport paksa? Jika begitu, kenapa mereka tidak memberitahu kami?
Ketika aku sedang berpikir, cahaya di sekelilingku bergetar semakin keras dan kegelapan menyelimutiku.
Saat cahaya birunya memudar, sekelilingku menjadi jelas lagi. Tapi, ini bukan padang rumput yang memantulkan cahaya matahari terbenam lagi.
Sebuah jalan besar yang terbuat dari batu. Jalan abad pertengahan yang dikelilingi oleh lampu jalan dan istana besar yang memancarkan sinar gelap terlihat di kejauhan.
Ini adalah starting point, central plaza dari «Kota Awal».
Aku melihat kearah Klein yang membuka mulutnya lebar-lebar disampingku. Lalu kearah kerumunan orang yang berada di sekeliling kami.
Melihat ke sekumpulan orang yang sangat cantik dan tampan dengan equipment dan warna rambut yang bervariasi, tidak salah lagi mereka adalah player lain sepertiku. Ada sekitar berapa ribu hingga sepuluh ribu orang disini. Sepertinya semua orang yang sedang log on saat ini dipaksa teleport ke central plaza.
Selama beberapa detik, semua orang hanya melihat sekeliling tanpa mengatakan apapun.
Lalu ada beberapa bisikan dan kata-kata yang terdengar disana-sini; perlahan-lahan semakin berisik.
“Apa yang terjadi?"
“Bisakah kita log out sekarang?”
“Bisakah mereka memperbaikinya lebih cepat?”
Komentar-komentar seperti htu bisa terdengar dari waktu ke waktu.
Ketika para player mulai kehilangan kesabaran, teriakan-teriakan seperti “Apa ini bercanda?” dan “Keluar kalian, GM!” dapat terdengar.
Lalu tiba-tiba.
Seseorang berteriak dengan suara yang lebih keras dari suara-suara itu.
“Ah…lihat keatas!”
Klein dan aku hampir secara otomatis mengarahkan mata kami keatas dan melihat. Ada pemandangan aneh yang menyambut kami.
Di permukaan bagian bawah lantai dua, seratus meter diatas udara, terdapat tanda silang berwarna merah.
Ketika aku melihat dengan lebih jelas, aku bisa melihat kalau itu adalah dua kata yang saling bersilangan. Kata-kata yang satunya adalah [Warning] dan yang satu lagi adalah [System Announcement].
Aku terkejut selama sesaat tapi kemudian berpikir 'Oh, operatornya mulai menginformasikan kita sekarang', dan mengendurkan bahuku sedikit. Pembicaraan di plaza menjadi sunyi dan kau bisa merasakan kalau semua orang menunggu kata selanjutnya yang akan keluar.
Tapi, apa yang terjadi selanjutnya tidak seperti apa yang kubayangkan.
Dari tengah pola itu, sebuah cairan yang seperti darah mulai mengalir turun perlahan-lahan. Cairan itu turun dengan kecepatan pelan seperti menggambarkan sebarapa kentalannya cairan itu; Tapi cairan itu tidak jatuh kebawah, malah mulai berubah ke bentuk yang lain.
Apa yang muncul adalah pria setinggi 20 meter yang mengenakan jubah berkerudung yang menutupi tubuhnya.
Tidak, itu tidak terlalu tepat. Dari tempat kami melihat, kami bisa dengan mudah melihat kedalam tudungnya-tidak ada wajah disana. Benar-benar kosong. Kami bisa melihat dengan jelas bagian dalam bajunya dan sulaman hijau didalam tudungnya. Didalam jubahnya pun sama, yang bisa kami lihat hanyalah bayangannya saja.
Sword Art Online Vol 01 - 043.jpg
Aku pernah melihat jubah itu sebelumnya. Itu adalah baju yang selalu digunakan pegawai Argas yang bekerja sebagai GM. Tapi semua GM pria mempunyai wajah seperti seorang penyihir tua dengan janggut panjang, dan Yang wanita mempunyai avatar wanita berkacamata. Mereka mungkin menggunakan jubah itu karena kurangnya waktu untuk menyiapkan avatar yang layak, tapi tempat kosong dibalik tudungnya memberikanku perasaan gelisah yang tidak bisa dijelaskan.
Para player di sekelilingku pasti merasakan hal yang sama.
“Apa itu GM?”
“Kenapa dia tidak punya wajah?”
Banyak bisikan seperti itu yang bisa terdengar.
Lalu tangan kanan dari jubah besar itu bergerak seperti untuk mendiamkan mereka.
Sebuah sarung tangan putih bersih muncul dari lipatan panjang lengan bajunya. Tapi lengan baju itu, seperti bagian lain dari jubahnya, tidak terhubung dengan bagian tubuh manapun.
Lalu tangan kirinya perlahan-lahan terangkat keatas juga. Kemudian dengan dua sarung tangan kosong yang terbentang di depan 10 ribu player, orang tak berwajah itu mulai membuka mulutnya—tidak, terasa seakan-akan dia melakukannya. Kemudian sebuah suara pria yang tenang dan pelan terdengar bergema dari ketinggian.

‘Para Player sekalian, aku menyambut kalian semua kedalam dunia ku'

Aku tidak bisa segera mengerti.
«Duniaku»? Jika orang berjubah merah itu adalah seorang GM, maka dia memang punya kekuatan seperti dewa di dunia ini, yang mengizinkannya mengubah dunia ini sesukanya, tapi kenapa dia mengatakannya sekarang?
Klein dan aku melihat satu sama lain kebingungan. Orang berjubah merah tanpa nama itu menurunkan kedua tangannya dan melanjutkan perkataannya.

‘Namaku adalah Kayaba Akihiko. Sekarang ini, akulah orang satu-satunya yang bisa mengendalikan dunia ini.’

“Apa…!?”
Avatarku menjadi kaku karena shock, dan tenggorokanku, dan mungkin leherku di dunia nyata juga, berhenti bekerja selama beberapa detik.
Kayaba—Akihiko!!
Aku tahu nama itu. Tidak mungkin aku tidak tahu.
Orang ini adalah seorang game designer dan seorang genius di bidang quantum physics, orang yang membuat Argas, yang beberapa tahun lalu hanyalah satu dari banyak perusahaan kecil lainnya, menjadi salah satu perusahaan yang bisa mengatur perekonomian dunia.
Dia merupakan direktur pengembangan SAO dan pada saat yang sama, pendesain Nerve Gear.
Sebagai salah seorang hardcore gamer, aku sangat menghormati Kayaba. Aku membeli seluruh majalah yang menceritakan tentang dia dan telah membaca beberapa wawancaranya hingga aku hampir hapal isinya. Aku hampir bisa membayangkan dia mengenakan baju putihnya yang selalu dia gunakan hanya dengan mendengar suaranya.
Tapi dia selalu berdiri dibalik layar, menolak tampil di depan media; dia tidak pernah menjadi GM sebelumnya-jadi kenapa dia melakukan sesuatu seperti ini?
Aku berusaha berpikir lagi untuk mengerti situasinya. Tapi kata-kata yang keluar dari orang itu terdengar seperti ejekan bagiku yang sedang berusaha untuk mengerti.
‘Kupikir hampir semua orang telah menyadari kalau tombol logout telah menghilang dari main menu. Itu bukanlah bug, itu adalah bagian dari sistem «Sword Art Online».’
“Bagian dari…sistemnya?”
Klein bergumam, suaranya terbata-bata. Pengumumannya berlanjut dengan suara yang pelan seperti untuk menyembunyikan suara aslinya.
‘Hingga kalian mencapai ke lantai teratas dari kastil ini, kalian tidak bisa log out.’
Kastil ini? Awalnya aku tidak mengerti kata tersebut. Tidak ada kastil di «Kota Awal».
Lalu kata-kata selanjutnya yang di katakan Kayaba menghilangkan semua kebingunganku.
‘…selain itu, dilarang menghentikan atau melepas Nerve Gear dari luar. Jika hal-hal seperti itu dilakukan…’
Sunyi.
Kesunyian diantara sepuluh ribu orang ini sangat menekan. Kata-kata selanjutnya keluar secara perlahan-lahan.
‘Pengirim sinyal di Nerve Gear mu akan mengirimkan sebuah gelombang elektromagnetik yang kuat, menghancurkan otakmu dan menghentikan semua fungsi tubuhmu.’
Klein dan aku melihat satu sama lain dalam keadaan shock selama beberapa detik.
Pikiranku seakan-akan menolak untuk mempercayai apa yang baru saja kudengar. Tapi pernyataan singkat yang dikatakan Kayaba menusuk ke pikiranku.
Menghancurkan otak kami.
Dengan kata lain, membunuh kami.
Pengguna manapun yang mematikan Nerve Gear atau membuka kunci pengaman dan melepaskannya akan terbunuh. Itulah apa yang baru saja Kayaba maksudkan.
Orang-orang di keramaian mulai bergumam, tapi tidak ada satupun yang berteriak atau panik. Tidak ada seorangpun, sama halnya denganku, yang bisa mengerti ataupun memprotesnya.
Klein mengangkat tangannya perlahan-lahan dan mencoba untuk memegang head gear yang seharusnya berada di sana di dunia nyata. Ketika dia melakukannya, dia mengeluarkan tawa kecil dan mulai berbicara.
“Haha…Apa yang dia katakan? Pria itu, apa dia gila? Omongannya tidak masuk akal. Nerve Gear… Ini hanya game. Menghancurkan otak kita…Bagaimana dia bisa melakukannya? Benar kan, Kirito?”
Suaranya terbata-bata di bagian akhir. Klein menatapku dengan serius, tapi aku tidak bisa mengangguk setuju.
Pengirim sinyal di dalam helm Nerve Gear mengirimkan gelombang elektronik untuk mengirimkan sinyal virtual ke dalam otak.
Mereka menyebut ini sebagai ultra teknologi terbaru, tapi teori dasar penggunaannya sama dengan barang elektronik yang sudah ada sejak 40 tahun yang lalu di jepang, microw`ve.
Jika listriknya mencukupi, mungkin saja Nerve Gear nya bisa menggetarkan partikel air yang ada di dalam otak kami dan membakarnya dengan panas yang dihasilkan. Tapi…
“…secara teori, itu mungkin, tapi dia pasti hanya menggertak. Karena jika kita mencabut kabel Nerve Gear, tidak mungkin itu dapat mengirimkan gelombang sekuat itu. Kecuali ada sejenis baterai yang punya kapasitas penyimpanan yang cukup besar…didalam…”
Klein mungkin sudah bisa mengira alasan kenapa aku berhenti berbicara.
“Ada…satu,” katanya, kata-katanya hampir seperti sebuah teriakan dengan ekspresi kosong diwajahnya. “30% dari berat gearnya berasal dari baterainya. Tapi…itu benar-benar gila! Bagaimana jika tiba-tiba terjadi mati listrik atau sejenisnya!?”
Kayaba mulai menjelaskan, seperti dia telah mendengar apa yang Klein teriakkan.
‘Untuk lebih jelasnya, pemindahan sumber tenaga listrik untuk 10 menit, terputus dari server lebih dari dua jam, atau pencobaan untuk membuka kunci, mematikan, atau merusak Nerve Gear. Jika salah satu dari kondisi itu terpenuhi, proses penghancuran otak akan dimulai. Syarat-syarat itu telah diberitahukan kepada pemerintah dan kepada masyarakat lewat seluruh media di dunia luar. Untuk catatan, sudah ada beberapa kasus dimana ada keluarga atau teman yang mengabaikan peringatannya dan mencoba dengan paksa melepaskan Nerve Gear. Hasilnya—’
Kata-katanya berhenti sesaat.
‘—sayangnya 213 player sudah keluar dari dunia ini, dan dunia nyata untuk selamanya.’
Sebuah teriakan yang panjang dan tipis bisa terdengar. Tapi sebagian besar dari player masih belum bisa mempercayai atau menolak untuk mempercayai apa yang baru saja dikatakan dan hanya berdiri saja dengan wajah yang pucat dan mulut yang terbuka atau senyuman miris di wajah mereka.
Pikiranku mencoba menolak mempercayai apa yang baru saja dikatakan oleh Kayaba. Tapi tubuhku mengkhianatinya dan lututku mulai bergetar dengan kuat.
Aku tersandung kebelakang beberapa langkah dengan lututku yang lemah dan berhasil mencegah diriku jatuh. Tapi Klein terjatuh kebelakang dengan wajah tanpa ekspresi.
213 player telah meninggalkan dunia ini.
Kalimat itu terus menerus berulang di dalam kepalaku.
Jika yang dikatakan Kayaba benar-lebih dari 200 orang telah meninggal saat ini?
Beberapa dari mereka mungkin saja ada beta tester sepertiku. Aku mungkin telah mengenal beberapa dari nama karakter dan avatar mereka. Orang-orang itu telah terbakar otaknya dan…mati, apa ini yang Kayaba telah katakan?
“…dak percaya… Aku tidak percaya.”
Klein, yang masih duduk di lantai, mulai berbicara dengan suara yang kaku.
“Dia hanya mencoba menakuti kita. Bagaimana mungkin dia bisa melakukan hal seperti itu? Berhenti bercanda dan biarkan kami keluar dari sini. Kami tidak punya waktu untuk mengikuti upacara pembukaan mu yang gila ini. Yeah…ini semua hanyalah sebuah event. Sebuah pertunjukan pembuka, kan?”
Didalam kepalaku, aku meneriakkan hal yang sama.
Tapi seperti untuk menghilangkan harapan kami, suara Kayaba yang seperti seorang pebisnis meneruskan penjelasannya.
‘Para Player, kalian tidak perlu mengkhawatirkan tubuh yang kalian tinggalkan di luar sana. Saat ini, seluruh media TV, radio, dan internet sedang melaporkan situasi ini berulang kali, termasuk kenyataan bahwa sudah ada beberapa korban jiwa. Kemungkinan Nerve Gear kalian terlepas sudah menghilang. Sebentar lagi, menggunakan dua jam yang kuberikan, kalian semua akan di pindahkan ke rumah sakit atau tempat-tempat seperti itu untuk mendapatkan perawatan terbaik. Jadi kalian bisa tenang…dan berkonsentrasi untuk menaklukkan game nya.’
“Apa…?”
Lalu, akhirnya mulutku mulai berteriak dengan keras.
“Apa yang kau katakan!? Menaklukkan game nya!? Kau ingin kami bermain di situasi seperti ini!?”
Aku terus berteriak, menatap kearah jubah merah yang meresap kedalam permukaan dasar lantai atas.
“Ini bukan game lagi!!”
Lalu Kayaba Akihiko mulai mengumumkan perlahan dengan suaranya yang monoton.
‘Tapi aku ingin kalian semua mengerti bahwa «Sword Art Online» bukanlah sebuah game biasa lagi. Ini adalah dunia nyata yang kedua. …mulai sekarang, segala jenis revival didalam game tidak akan bekerja lagi. Disaat HP mu mencapai angka 0, avatar mu akan menghilang selamanya, dan pada saat yang sama—’
Aku bisa menebak apa yang akan dia katakan dengan sangat jelas.
‘Otakmu akan dihancurkan oleh Nerve Gear.’
Tiba-tiba, rasa ingin tertawa menggelembung di dasar perutku. Aku menahannya.
Sebuah garis horizontal panjang bersinar di bagian kiri atas penglihatanku. Ketika aku memfokuskan pandanganku kearahnya, angka 342/342 dapat terlihat.
Hit points. Nyawaku.
Saat itu mencapai nol, Aku akan mati—sinyal gelombang elektromagnetik akan membakar otakku, membunuhku seketika. Inilah yang telah Kayaba katakan.
Tidak salah lagi ini adalah sebuah game, sebuah game dengan nyawamu sebagai taruhannya. Dengan kata lain, sebuah game kematian.
Aku pasti telah mati setidaknya 100 kali dalam dua bulan beta testing. Aku direspawned dengan sedikit senyum malu di wajahku di bagian utara dari main plaza, di «Black Iron Palace», dan berlari ke arah tempat perburuan lagi.
Itulah RPG, sebuah game dimana kau berkali-kali mati dan belajar dan menaikkan level. Tapi sekarang kau tidak bisa? Sekali kau mati, kau akan kehilangan nyawamu? Dan sebagai tambahan—kau bahkan tidak bisa berhenti bermain?
“…tidak mungkin,” Aku berkata dengan pelan.
Siapa yang mau pergi ke tempat perburuan dengan kondisi seperti itu? Tentu saja semua orang hanya akan menetap di dalam kota di tempat yang aman.
Lalu seperti membaca pikiran ku, dan mungkin pikiran semua player lain, pengumuman berikutnya diberikan.
‘Para player, hanya ada satu cara untuk keluar dari game ini, seperti yang kubilang sebelumnya, kalian harus memcapai lantai teratas dari Aincrad, lantai keseratus dan mengalahkan boss terakhir yang ada disana. Semua player yang masih hidup pada saat itu akan secara otomatis keluar dari game ini. Aku sudah mengatakan pada kalian semua yang perlu kukatakan.’
Sepuluh ribu orang player berdiri terdiam.
Itulah saat dimana aku menyadari apa yang dimaksud Kayaba ketika dia mengatakan «capailah lantai teratas dari kastil ini». Kastil ini—berarti tempat luas yang memenjarakan seluruh player di lantai pertama dan 99 lantai lainnya yang ada diatas, bertumpuk hingga ke langit dan melayang diatasnya. Dia membicarakan Aincrad itu sendiri.
“Menaklukan…seluruh 100 lantai!?” Klein tiba-tiba berteriak. Dia cepat-cepat berdiri dan mengangkat tinjunya ke atas langit.
“Bagaimana mungkin kami melakukannya? Kudengar menaiki satu lantai saja sangat sulit selama beta testing!”
Itu benar. Selama dua bulan beta testing, seribu orang player hanya bisa mencapai lantai keenam. Bahkan jika ada sepuluh ribu orang yang log in, berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk melewati 100 lantai?
Kebanyakan player yang dipaksa berada disini bertanya-tanya akan pertanyaan-yang tidak ada jawabannya ini.
Kesunyian menegangkan ini perlahan-lahan menunjukan gumaman pelan. Tapi tidak ada tanda-tanda dari ketakutan dan rasa putus asa.
Sebagian orang disini masih bingung apakah ini benar-benar «bahaya nyata» atau sebuah «event pembukaan yang sangat dibuat-buat». Semua yang dikatakan Kayaba terlalu menakutkan hingga terasa tidak nyata.
Aku mengadahkan kepalaku lagi untuk melihat ke arahnya dan moncoba untuk memaksakan pikiranku menerima situasi ini.
Aku tidak bisa log out lagi, selamanya. Aku juga tidak bisa kembali ke kamarku dan kehidupanku. Satu-satunya cara untuk bisa kembali adalah jika seseorang mengalahkan boss di lantai tertinggi dari kastil terbang ini. Jika HP mencapai angka nol meski sekali saja sebelum itu—aku akan mati. Aku akan benar-benar mati dan akan menghilang selamanya.
Tapi...
Betapapun aku mencoba menerima kenyataan, ini mustahil. Hanya sekitar lima atau enam jam lalu aku masih makan makanan buatan ibuku, berbicara sedikit dengan saudara perempuanku, dan berjalan didalam rumahku.
Sekarang aku tidak bisa kembali ke tempat itu lagi? Dan saat ini, ini adalah dunia nyata yang sebenarnya?
Lalu, ketika jubah merah yang sejak tadi berada di depan kami mengibaskan sarung tangan kanannya dan mulai berbicara dengan suara yang tidak memiliki emosi sama sekali.
‘Kalau begitu biar kutunjukkan bukti kalau ini adalah kenyataan. Di dalam inventorimu akan ada hadiah dariku. Ambillah.’
Segera setelah mendengarnya, aku menekan jari telunjuk ku dan jempol ku bersamaan dan menarik nya kebawah. Semua player melakukan hal yang sama dan plaza dipenuhi oleh suara gemerincing bel.
Aku menekan tombol item di menu yang baru saja muncul dan ada item disana, di bagian teratas dari daftar barang-barangku.
Nama itemnya adalah—«Hand Mirror»
Kenapa dia memberi kami benda ini? Sambil berpikir aku menyentuh nama bendanya dan menekan tombol "buat benda menjadi object". Segera setelahnya terdengar sebuah sound effect dan sebuah kaca persegi berukuran kecil muncul.
Aku memegangnya dengan ragu-ragu tapi tidak ada apapun yang terjadi. Apa yang muncul di dalam cermin adalah wajah dari avatar yang kubuat dengan susah payah.
Aku memiringkan kepalaku dan melihat ke arah Klein. Dia juga melihat ke cermin dengan wajah yang tanpa ekspresi.
—Lalu.
Tiba-tiba Klein dan avatar-avatar di sekeliling kami diselimuti oleh cahaya putih. Segera setelah melihatnya, aku juga dikelilingi cahaya yang sama, dan apa yang bisa kulihat hanyalah warna putih.
Sekitar 2, 3 detik kemudian, sekelilingku menjadi jelas lagi seperti mereka baru saja…
Tidak.
Wajah di depanku bukanlah wajah yang kukenal.
Armor yang terbuat dari besi yang dijahit, bandana, dan rambut merah berdurinya sama. Tapi wajahnya berubah ke bentuk yang lain. Matanya yang tajam berubah menjadi cekung dan berwarna lebih terang. Hidungnya yang mancung menjadi sedikit pesek, dan muncul janggut di pipi dan dagunya. Jika avatarnya adalah seorang samurai yang masih muda dan ceria, maka yang ini adalah seorang warrior yang telah kalah—atau mungkin seorang perampok.
Aku lupa akan situasinya selama beberapa saat dan berkata.
“Siapa…kau?”
Kata yang sama terdengar dari mulut orang yang berada didepanku.
“Hey…siapa kau?”
Lalu tiba-tiba menyadari apa guna hadiah Kayaba, «Hand Mirror» yang sedang kupegang.
Aku buru-buru mengangkat kacanya, dan melihat muka yang terpantul.
Rambut hitam yang rapi diatas kepala, sepasang mata yang kelihatan lemah dapat terlihat dibalik rambut yang agak panjang, dan wajah yang orang-orang bisa salah lihat dan menganggapku sebagai wanita ketika aku pergi keluar dengan menggunakan pakaian bebas bersama saudara perempuan ku.
Wajah tenang dari warrior «Kirito» yang baru beberapa detik yang lalu masih ada telah menghilang. Wajah yang terpantul di cermin—
Adalah wajah asliku yang susah-payah ku sembunyikan.
“Ah…wajahku…”
Klein, yang juga sedang memandangi cerminnya terjatuh kebelakang. Kami berdua melihat satu sama lain dan berteriak disaat yang sama.
“Kau Klein!?” “Kau Kirito!?"
Sword Art Online Vol 01 - 057.jpg
Suara kami juga berubah, mungkin pengubah suaranya berhenti bekerja. Tapi kami tidak punya waktu untuk memikirkan hal seperti itu.
Cerminnya terjatuh dari tangan kami dan mengenai lantai, dan hancur dengan suara pecahan yang agak keras.
Ketika aku melihat sekeliling lagi, kerumunannya sudah tidak lagi dipenuhi oleh orang yang terlihat seperti karakter dari game-game fantasi. Sekumpulan anak muda normal sudah menggantikan tempat mereka. Ini seperti melihat sekumpulan orang di dunia nyata di sebuah perkumpulan game yang menggunakan kostum seperti armor. Bahkan perbedaan jumlah laki-laki dan perempuannya berubah drastis.
Bagaimana ini mungkin terjadi? Klein dan aku, dan mungkin semua player di sekitar kami telah berubah dari avatar yang mereka buat dari awal, menjadi diri asli kami. Tentu saja, teksturnya sendiri masih terlihat seperti model poligon dan masih sedikit terasa aneh, tapi yang paling menakutkan adalah keakuratannya. Seakan-akan gearnya punya sebuah full body scanner yang terpasang.
—Scan.
“…ah, benar!” Aku melihat kearah Klein dan memaksakan suaraku untuk keluar.
“Ada pengirim sinyal di Nerve Gear yang menutupi seluruh kepala kita. Jadi itu tidak hanya bisa melihat cara berpikir otak kita, tapi wajah kita juga…”
“Ta-Tapi, bagaimana bisa mesin itu tahu bagaimana bentuk tubuh kita terlihat… Seperti seberapa tinggi kita?”
Klein berkata sambil diam-diam melihat ke sekitar kami.
Rata-rata tinggi dari player, yang sedang melihat diri mereka sendiri dan orang lain dengan berbagai ekspresi, sangat terlihat berkurang setelah «perubahan» tadi. Aku—dan mungkin Klein juga-telah mensetting tinggi kami agar sesuai dengan tinggi asliku di dunia nyata untuk menghindari tinggi yang berlebihan yang bisa menghambat gerakanku, tapi hampir semua player sepertinya membuat diri mereka lebih tinggi sekitar sepuluh hingga dua puluh cm. Bukan hanya itu, bentuk dan lebar tubuh para player juga menjadi lebih besar sekarang. Tidak mungkin Nerve Gear bisa mengetahui semua ini.

Tapi Klein menjawab pertanyaan ini.
“Ah…tunggu. Aku baru membeli Nerve Gear kemarin jadi aku masih ingat, ada bagian dari set-up…apa yah disebutnya, pengukuran? Yah apapun itu, saat itu kau disuruh menyentuhkan nya ke bagian tubuhmu di sana-sini, mungkin itu…?”
“Ah, benar……pasti itu…”
Pengukuran adalah saat dimana Nerve Gear mengukur «seberapa jauh tanganmu bisa menggapai tubuhmu». Ini dilakukan untuk menciptakan perasaan yang lebih nyata didalam game. Jadi bisa dibilang kalau Nerve Gear punya data mengenai bentuk asli tubuh kita yang tersimpan di dalamnya.
Itu mungkin untuk membuat semua avatar para player menjadi replika yang sama persis dengan diri mereka. Tujuan dari semua ini juga menjadi jelas sekarang.
“…kenyataan,” aku bergumam. “Dia bilang ini adalah kenyataan . Avatar yang terbuat dari poligon ini…dan HP kita adalah tubuh dan kehidupan asli kita. Untuk membuat kita percaya kalau dia menciptakan tiruan sempurna dari kita…”
“Tapi…tapi kau tahu Kirito.”
Klein menggaruk kepalanya dengan kasar dan matanya memantulkan sinar saat dia berteriak.
“Kenapa? Kenapa dia melakukan hal seperti ini…?”
Aku tidak menjawabnya dan menunjuk keatas.
“Tunggu saja. Mungkin dia akan menjawab pertanyaan itu sebentar lagi.”
Kayaba memenuhi harapanku. Beberapa detik kemudian, sebuah suara yang terdengar serius, terdengar dari langit yang berwarna merah darah.
‘Kalian pasti heran dan berpikir ‘kenapa’. Kenapa aku-pencipta dari Nerve Gear dan SAO, Kayaba Akihiko-melakukan sesuatu yang seperti ini? Apakah ini sejenis serangan teroris? Apakah dia melakukan ini untuk meminta uang tebusan untuk membebaskan kami?’
Itulah saat ketika suara Kayaba, yang hingga sekarang tanpa emosi, mulai menunjukkan sedikit emosi di dalamnya. Tiba-tiba kata «empati» terpikir oleh ku, meski tidak mungkin itu terjadi.
‘Itu semua bukanlah alasanku melakukan ini. Bukan hanya itu, searang bagiku, sudah tidak ada alasan untuk melakukan ini. Alasannya karena…situasi ini sendiri lah yang merupakan alasanku melakukan ini. Untuk membuat dan mengamati dunia ini adalah satu-satunya alasanku membuat Nerve Gear dan SAO. Dan sekarang, semuanya telah menjadi nyata.’
Lalu setelah istirahat singkat, suara Kayaba sekarang menjadi tanpa emosi lagi dan berkata.
‘…sekarang aku telah menyelesaikan official tutorial dari «Sword Art Online». Para Player—semoga kalian beruntung.’
Kata-kata terakhirnya diikuti oleh suara bergema kecil.
Jubah besar itu mulai melayang lebih tinggi tanpa bersuara, dan mulai menyelam, dari kepalanya, kedalam system message yang menutupi langit seakan-akan meleleh.
Bahunya, kemudian dadanya, lalu kedua tangan dan kakinya bergabung kedalam permukaan merah, dan terakhir sebuah noda merah yang tersisa menghilang. Segera sesudahnya system message yang telah menutupi langit menghilang dengan tiba-tiba seperti saat itu muncul.
Suara dari angin yang bertiup di atas plaza dan BGM dari orkestra NPC terdengar perlahan di telinga kami.
Game telah kembali ke keadaan normal, kecuali beberapa peraturan yang baru saja diubah.
Lalu—akhirnya.
Kerumunan dari 10 ribu player tadi mulai memberikan reaksi yang wajar.
Dengan kata lain, ribuan suara mulai terdengar dengan keras di seluruh plaza.
“Itu bercanda kan…? Apa-apaan itu? Itu lelucon kan!?”
“Berhenti bercanda! Biarkan aku keluar! Biarkan aku keluar dari sini!”
“Tidak! Kau tidak bisa melakukan ini! Aku harus segera bertemu dengan seseorang sebentar lagi!”
“Aku tidak suka ini! Aku mau pulang! Aku mau pulang!!!!!!”
Pekikan. Tuntutan. Teriakan. Kutukan. Permohonan. Dan jeritan.
Orang-orang yang telah berubah dari game player menjadi tahanan dalam hitungan menit berlutut dan memegangi kepala mereka, melambaikan tangan mereka, memegang satu sama lain atau mulai menyumpahi dengan suara yang keras.
Di tengah-tengah semua suara ini, anehnya pikiranku menjadi jernih lagi.
Ini, adalah kenyataan.
Apa yang dinyatakan Kayaba Akihiko semuanya benar. Kalau begitu, ini sudah pasti terjadi. Itu akan aneh jika tidak. Kejeniusan adalah satu sisi dari Kayaba yang membuatnya terlihat menarik.
Sekarang aku tidak bisa kembali ke dunia nyata selama beberapa waktu—mungkin beberapa bulan atau bahkan lebih. Saat ini aku tidak bisa melihat maupun berbicara dengan ibu dan saudara perempuanku. Mungkin saja aku tidak akan punya kesempatan itu lagi. Jika aku mati disini—
Aku akan mati di dunia nyata.
Nerve Gear, yang pernah menjadi sebuah mesin game, sekarang menjadi kunci penjara ini dan alat eksekusi yang akan membakar otakku.
Aku bernapas perlahan menarik dan menghela, dan membuka mulutku.
“Klein, kesini sebentar.”
Aku memegang tangannya, yang terlihat lebih tua dariku di dunia nyata, dan keluar dari kerumunan yang berisik itu.
Kami bisa keluar dari sana dengan lumayan cepat, mungkin karena kami berada di dekat pojokan. kami memasuki salah satu jalan yang menuju keluar plaza dan aku bersembunyi di bayangan dibalik kereta kuda yang tidak bergerak.
“…Klein,” Aku memanggil namanya lagi.
Dia masih terlihat tidak percaya. Aku melanjutkan pembicaraan, berusaha keras agar kata-kataku terdengar serius.
“Dengarkan aku. Aku akan keluar dari kota ini dan menuju ke desa selanjutnya. Ikutlah bersamaku.”
Klein membuka matanya lebar-lebar dibawah bandana nya. Aku terus berbicara dengan suara yang pelan dan memaksa mulutku untuk mengeluarkan kata-kata.
“Jika apa yang dikatakannya benar, untuk bertahan hidup di dunia ini kita harus memperkuat diri kita. Kau tahu kalau kan kalau MMORPG adalah pertarungan untuk memperebutkan sumber daya diantara player. Hanya orang-orang yang bisa mendapat uang dan experience yang paling banyak lah yang bisa menjadi kuat. …orang-orang yang telah menyadari hal ini akan memburu semua monster disekitar «Kota Awal». Kau harus menunggu sangat lama hingga monsternya muncul lagi. Pergi ke desa sebelah sekarang akan lebih baik. Aku tahu jalannya dan semua daerah berbahayanya, jadi aku bisa pergi kesana, meski aku masih level satu.”
Mengingat yang sedang berbicara adalah aku, tumben sekali aku mengatakan kata sebanyak itu, tapi meski begitu dia tetap diam.
Lalu beberapa detik kemudian wajahnya berkerut.
“Tapi…tapi kau tahu. Seperti yang kubilang sebelumnya kalau aku mengantri begitu lama untuk membeli game ini bersama dengan teman-temanku. Mereka pasti sudah log in dan seharusnya mereka masih berada di plaza sekarang. Aku tidak bisa…pergi tanpa mereka.
“…”
Aku menghela napasku dan menggigit bibirku.
Aku bisa mengerti semuanya dengan jelas tentang apa yang ingin dikatakan oleh Klein melalui pandangan gugupnya.
Dia—orang yang ceria dan mudah akrab dengan orang lain, dan mungkin dia sangat memperhatikan teman-temannya. Dia pasti berharap kalau aku bisa membawa semua teman-temannya bersama kami.
Tapi aku tidak bisa mengangguk.
Jika hanya dengan Klein, aku bisa mencapai ke desa berikutnya sambil menjaga kami dari monster-monster yang agresif. Tapi jika ada dua orang lagi—tidak, jika ada satu orang lagi yang ikut—mungkin akan berbahaya.
Jika seseorang mati dalam perjalanan, mereka akan mati seperti yang dikatakan oleh Kayaba.
Tanggung jawabnya pasti akan tertuju padaku yang menyarankan untuk keluar dari «Kota Awal» yang aman dan gagal untuk menjaga teman-temanku.
Aku tidak bisa menanggung beban yang seberat itu. Itu mustahil.
Klein terlihat menyadari kekhawatiranku. Sebuah senyuman muncul di wajahnya yang sedikit berjanggut dan dia menggelengkan kepalanya.
“Tidak…Aku tidak bisa terus bergantung padamu. Aku adalah seorang guild master di game yang biasa kumainkan. Tidak apa-apa. Aku akan baik-baik saja dengan teknik yang kau ajarkan padaku hingga sekarang. Dan…masih ada kemungkinan kalau ini hanyalah sebuah lelucon dan kita akan bisa log off. Jadi jangan khawatirkan kami dan pergilah ke desa itu.”
“…”
Dengan mulutku yang tertutup, aku dibingungkan oleh ketidak-tegasan yang belum pernah kurasakan seumur hidupku.
Lalu aku mengatakan kata yang akan menggerogotiku selama dua tahun kedepan.
“…OK.”
Aku mengangguk , berjalan mundur, dan mengatakannya dengan tenggorokanku yang kering.
“Baiklah, ayo berpisah disini. Jika ada masalah kirimlah pesan padaku. …well, sampai jumpa, Klein.”
Klein memanggilku ketika aku mengalihkan pandanganku dan akan pergi.
“Kirito!”
“…”
Aku menengok tapi dia tidak mengatakan apapun, pipinya hanya bergerak sedikit.
Aku melambaikan tanganku sekali dan berbalik kearah barat laut—kearah desa yang akan kusinggahi.
Ketika aku baru berjalan lima langkah, sebuah suara memanggilku dari belakang lagi.
“Hey, Kirito! Kau terlihat tampan di dunia nyata! Aku agak suka dengan gayamu!”
Aku tersenyum pahit dan menyahut tanpa menengok.
“Wajahmu juga sepuluh kali lebih cocok untukmu!”
Lalu aku meninggalkan teman pertamaku di dunia ini dan berlari lurus tanpa ragu.
Setelah aku berlari melewati jalan yang berangin selama beberapa menit, Aku melihat kebelakang lagi. Tentu saja, tidak ada siapa-siapa disana.
Aku mengabaikan perasaan aneh di dadaku dan berlari.
Aku berlari menuju ke gerbang barat laut dari «Kota Awal» dan kemudian melewati padang yang luas dan hutan yang lebat, kemudian menuju sebuah desa yang terletak dibalik semua itu—menuju game survival tanpa akhir ini.

Bab 4

Dua bulan setelah game dimulai, dua ribu orang telah meninggal.
Harapan untuk menunggu pertolongan dari luar telah hancur; tidak ada satupun kabar dari luar yang datang.
Aku tidak melihatnya sendiri, tapi katanya kepanikan dan kegilaan yang dialami oleh para pemain ketika mereka menyadari kalau mereka tidak bisa kembali sangat besar. Ada orang yang menangis dan ada yang meraung-raung, beberapa bahkan mencoba menggali tanah di kota sambil mengatakan kalau mereka akan menghancurkan dunia ini. Tentu saja, semua bangunan merupakan non-destructible objects(benda yang tidak bisa dihancurkan), jadi usaha ini gagal tanpa ada hasil sama sekali.
Katanya butuh beberapa hari untuk para pemain untuk menerima situasinya dan berpikir apa yang harus dilakukan setelahnya.
Para pemain terbagi menjadi empat kelompok.

Yang pertama terdiri lebih dari setengah jumlah player yang ada; mereka adalah orang-orang yang masih belum bisa menerima syarat yang diberikan oleh Kayaba Akihiko dan masih menunggu pertolongan dari luar.
Aku mengerti bagaimana perasaan mereka. Tubuh mereka mungkin sedang terbaring di kasur atau duduk di bangku sambil tertidur. Itu adalah kenyataan dan situasi ini adalah <palsu>, jika saja ada petunjuk sekecil apapun kalau mereka bisa keluar—tentu saja, tombol log out nya sudah menghilang tapi mungkin ada sesuatu yang terlewatkan oleh si pembuat game—.
Dan di luar, perusahaan yang menjalankan game nya, Agas, akan berusaha lebih keras dibanding siapapun untuk menyelamatkan para pemain—jika mereka bisa bersabar mungkin mereka akan bisa membuka mata mereka lagi, bertemu dengan keluarga mereka dan kembali ke sekolah atau bekerja dan ini hanya akan menjadi bahan pembicaraan saja—.
Tidak salah mereka berpikir seperti itu. Aku sendiri pun berharap hal yang sama jauh didalam hatiku.
Rencana mereka adalah untuk <menunggu>. Mereka tidak selangkahpun menjejakkan kaki di luar kota dan menggunakan uang yang mereka dapat di awal game—di dunia ini mata uangnya disebut <Coll> —dengan hemat, membeli makanan yang mereka butuhkan untuk melewati hari dan menemukan penginapan yang murah untuk tidur, dan berjalan-jalan secara berkelompok untuk menghabiskan waktu tanpa berpikir.
Untungnya <Starting City> adalah kota yang besarnya sekitar 20 persen dari lantai pertama dan cukup besar seperti kota Tokyo. Jadi lima ribu pemain bisa punya ruangan yang cukup untuk tinggal.
Tapi tidak ada pertolongan yang datang berapa lama pun mereka menunggu. Sering kali langit diluar tidak biru cerah tapi ditutupi oleh awan berwarna abu-abu. Uang mereka tidak akan bertahan selamanya dan mereka menyadari kalau mereka harus melakukan sesuatu.
Grup kedua terdiri dari 30 persen, atau sekitar tiga ribu player. Itu adalah grup yang semua playernya bekerja bersama-sama. Pemimpinnya adalah seorang admin dari sebuah situs info game online terbesar.
Para player yang terkumpul dalam grup ini membagi menjadi beberapa grup kecil dan membagi seluruh pendapatan mereka dan informasi yang mereka dapatkan didalam game serta menjelajah ke labyrinth area dimana tangganya berada. Pemimpin dari grup ini membuat <Black Iron Castle> menjadi markas mereka dan mengirimkan perintah ke berbagai grup.
Grup besar ini tidak mempunyai nama selama beberapa waktu, tapi setelah semua anggotanya menerima seragam, ada orang yang menyebut mereka dengan nama, yang agak seram, yaitu <The Army>.

Grup ketiga terdiri dari sekitar seribu player. Grup itu terdiri dari orang-orang yang telah menghabiskan semua Coll mereka tapi tidak ingin mencari uang dengan mengalahkan monster.
Sebagai catatan sampingan, di SAO ada dua kebutuhan tubuh yang paling dasar yang perlu dipenuhi. Yang pertama adalah kelelahan, dan yang satunya adalah rasa lapar.
Aku mengerti kenapa ada rasa lelah. Informasi virtual dan informasi nyata tidak ada bedanya didalam otak kami. Jika player menjadi mengantuk, mereka bisa pergi ke sebuah penginapan dan menyewa kamar untuk tidur tergantung dengan jumlah uang yang mereka punya. Jika seseorang memiliki cukup banyak Coll, mereka bisa membewli sebuah rumah, tetapi jumlah uang yang di butuhkan tidaklah kecil.
Rasa lapar adalah kebutuhan yang para player pikir sedikit aneh. Meski mereka tidak ingin membayangkan apa yang akan terjadi dengan tubuh mereka yang ada di dunia nyata, tubuh mereka mungkin mendapat nutrisi entah bagaimana caranya. Itu berarti rasa lapar yang kami rasakan tidak ada hubungannya dengan tubuh kami di dunia nyata.
Tapi jika kami membeli roti atau daging virtual di dalam game dan memakannyat, rasa laparnya menghilang dan akan terasa kenyang. Tidak ada yang tahu bagaimana mekanismenya bekerja, kecuali dengan bertanya ke seorang profesional di bidang neurology.
Jadi sebaliknya juga benar, rasa laparnya tidak akan menghilang kecuali kami memakan sesuatu. Kemungkinan besar kami tidak akan mati jika kelaparan, tapi kenyataan kalau itu adalah kebutuhan yang sulit di abaikan tidak berubah. Jadi para player mengunjungi restoran yang di buka oleh NPC dan makan di sana.
Selain itu, di dalam game kita tidak perlu buang air. Entah bagaimana dengan tubuh di dunia nyata, Aku tidak ingin memikirkannya.
Yah kembali ke pokok permasalahan—
Para pemain yang telah menghabiskan semua uang mereka di awal, tidak bisa tidur atau makan, biasanya bergabung dengan organisasi besar yang kubicarakan barusan, <The Army>. Ini karena mereka setidaknya akan mendapat sesuatu untuk dimakan jika mereka menuruti perintah dari atas.
Tapi selalu ada orang yang tidak bisa bekerja sama dengan orang lain betapa kerasnya mereka mencoba. Orang-orang yang tidak ingin bergabung, atau di usir karena membuat masalah membuat perkampungan di <Starting City> sebagai markas mereka dan mulai mencuri.
Di dalam kota, atau di tempat-tempat yang biasanya disebut sebagai <Safe Area> dilindungi oleh system dan para pemain tidak bisa menyakiti satu sama lain. Tapi di luar tidak seperti itu. Orang-orang itu membuat tim dan menyergap player lainnya—itu lebih menguntungkan daripada memburu monster di field dan labyrinth area.
Meski begitu, mereka tidak pernah <membunuh> seorangpun—setidaknya selama tahun pertama,
Grup ini perlahan-lahan menjadi besar hingga mencapai jumlah seribu orang.

Terakhir, grup keempat, atau bisa dibilang, yang tersisa.
Ada sekitar lima puluh organisasi yang dibuat oleh orang-orang yang ingin menyelesaikan game nya tapi tidak ingin bergabung dengan organisasi besar. Jumlah mereka sekitar lima ratus orang. Kami menyebut grup-grup itu sebagai <Guilds> dan mereka memiliki daya gerak yang tidak dimiliki oleh <The Army>; dan menggunakan itu, mereka perlahan-lahan menjadi kuat.
Lalu ada beberapa yang memilih merchant dan craftsman class. Mereka hanya berjumlah sekitar dua hingga tiga ratus orang, tetapi mereka membuat guild sendiri dan mulai melatih skill yang mereka perlukan untuk mendapatkan Coll.
Sisanya, sekitar seratus pemain disebut sebagai <Solo Player>—ini adalah grup tempatku berada.
Mereka adalah grup yang egois yang berpikir kalau bekerja sendiri lebih menguntungkan untuk memperkuat diri mereka dan bertahan hidup. Jika seseorang bisa menggunakan informasi yang mereka dapat dengan baik, mereka bisa dengan cepat menaikkan level mereka. Setelah mereka memiliki kekuatan untuk sendirian melawan monster dan bandit, sebenarnya tidak ada artinya bertarung dengan player lainnya.
Sebagai tambahan, didalam SAO tidak ada <Magic>, dengan kata lain tidak ada <serangan jarak jauh yang memliliki keakuratan 100%>, jadi kami bisa melawan monster dalam jumlah besar sendirian. Jika seseorang punya kemampuan yang cukup, bermain solo jauh lebih efektif untuk mendapatkan experience point-dibandingkan dengan bermain berkelompok.
Tentu saja ada resikonya. Contohnya jika seseorang terkena <Paralyze>, kalau dia bersama dengan party member mereka bisa menyembuhkannya, tapi jika orang itu bermain solo itu bisa membawanya langsung menuju kematian. Sebenarnya, sejak awal, solo player mempunyai resiko yang paling besar dibanding player lain.
Tapi jika kau punya pengalaman dan pengetahuan untuk menang melalui semua keadaan berbahaya, keuntungannya bisa menutupi sebagian resiko, dan seorang beta tester sepertiku memiliki kedua hal tersebut.
Dengan informasi berharga itu, solo player menaikan level dengan kecepatan yang lebih tinggi dan dengan cepat terbentuk perbedaan level antara mereka dengan player lainnya. Setelah game nya menjadi sedikit tenang, hampir semua solo player keluar dari lantai pertama dan menggunakan kota di lantai yang lebih tinggi sebagai markas mereka.
Di dalam Black Iron Castle, dimana <Room of the Resurrected> berada selama beta testing, sekarang berdiri sebuah monumen besi besar yang tidak ada sebelumnya. Nama dari seluruh sepuluh ribu player terukir di permukaannya. Selain itu, sebuah garis akan muncul di nama orang yang telah mati dan akan tertulis waktu dan alasan kematian di sampingnya.
Orang pertama yang tercoret namanya mati tiga jam setelah game dimulai.
Alasan kematiannya bukanlah karena kalah dari monster. Itu adalah bunuh diri.
Dia mempercayai teori kalau "menurut struktur dari Nerve Gear, jika seseorang terputus dari system maka secara otomatis mereka akan sadar." Dia memanjat pagar besi di bagian utara kota, atau ujung dari Aincrad, dan melompat.
Dibawah kastil melayang ini tidak ada daratan yang dapat terlihat, seberapa keraspun kau melihat. yang ada hanyalah langit yang membentang tak terbatas ditambah dengan beberapa lapis awan putih. Sambil ditonton oleh banyak player; orang itu perlahan-lahan menjadi terlihat semakin kecil, meninggalkan sebuah teriakan panjang dan akhirnya menghilang dibalik awan.
Sebuah garis muncul di namanya dua menit kemudian. Alasan kematiannya adalah <Terjatuh di udara>. Aku bahkan tidak ingin membayangkan apa yang dia alami selama dua menit itu. Tidak ada cara untuk mengetahui apakah dia telah kembali ke dunia nyata, atau—seperti yang dikatakan Kayaba—otaknya telah terbakar. Tapi, sebagian besar orang percaya kalau ada cara mudah untuk keluar dari game ini yaitu; jika orang di luar mencabut kabelnya dan menyelamatkan kami.
Tetapi masih ada orang menyerah memikirkan hal itu. Kebanyakan orang, termasuk aku, sulit menyamakan <kematian> sebagai kenyataan. Itu masih tidak berubah. Fenomena saat HP bar mencapai angka nol dan tubuh yang terbuat dari polygon ino hancur terlalu seperti <Game Over> yang sudah biasa kami rasakan. Mungkin cara satu-satunya untuk mengetahui arti sesungguhnya dari kematian di dalam SAO adalah dengan merasakannya sendiri. Kenyataan itu mungkin adalah alasan dari berkurangnya kecepatan pengurangan jumlah player.
Di sisi lain, ada banyak player yang merupakan bagian dari <The Army>, tertutama orang-orang yang tergolong grup pertama, mulai kehilangan nyawa mereka ketika mereka mencoba menyelesaikan gamenya dan bertarung dengan monster.
Bertarung di SAO butuh sedikit membiasakan diri. Itu tidak seperti mencoba memaksakan dirimu untuk bergerak, tapi lebih seperti <mempercayakan> gerakanmu kepada system.
Contohnya, meski hanya sebuah uppercut dengan one-handed sword, jika player itu telah menguasai <One-handed Sword Skill> dan memakai <Uppercut> dari daftar skill, mereka hanya perlu melakukan gerakan awal dan systemnya akan secara otomatis menggerakan badan mereka. Tapi jika seseorang tanpa menggunakan skill mencoba untuk meniru gerakannya, itu akan terlalu lambat dan lemah ketika digunakan dalam pertarungan sesungguhnya. Itu sama seperti menekan tombol tertentu didalam sebuah fighting game.
Orang-orang yang tidak terbiasa akan hal ini hanya mengayunkan pedang mereka dan bahkan kalah kepada celeng dan serigala yang bisa mereka kalahkan jika mereka menggunakan single strike skills yang mereka punya sebagai skill awal. Meski begitu, jika mereka menyerah dan kabur setelah kehilangan sebagian dari HP mereka, mereka tidak akan mati. Tapi—
Tidak seperti serangan monster 2D yang kita lihat melalui layar monitor, pertarungan di SAO sangat nyata sehingga kau bisa merasa takut. Itu seperti jika monster sungguhan mengarahkan taringnya padamu dan mengejarmu dengan niat membunuh.
Bahkan selama beta testing ada beberapa orang yang panik ditengah pertarungan, tapi sekarang kematian menantimu jika kau kalah. Rasa panik membuat para player lupa menggunakan skill mereka dan bahkan lupa melarikan diri, HP mereka habis dan mereka menghilang dari dunia ini selamanya.
Bunuh diri, kalah dari monster. Angka dari nama yang tercoret berlipat ganda dengan kecepatan yang mengerikan.
Ketika angkanya mencapai dua ribu, satu bulan setelah game dimulai, awan keputusasaan menyelimuti para player yang masih selamat. Jika jumlah kematian terus meningkat dengan kecepatan seperti ini, sepuluh ribu orang akan mati dalam waktu kurang dari setengah tahun. Menyelesaikan lantai keseratus hanya terlihat seperti mimpi.
Tapi—manusia beradaptasi.
Setelah satu bulan kemudian, labyrinth pertama di selesaikan dan jumlah kematian mulai berkurang dengan cepat. Orang-orang mulai membagi informasi untuk bertahan hidup dan kebanyakan orang merasakan kalau monster tidak begitu menakutkan jika kau mempunyai experience points yang cukup dan menaikan level dengan benar.
Kamu mungkin bisa menyelesaikan game nya dan kembali ke dunia nyata. Jumlah player yang mulai berpikir seperti itu bertambah dengan perlahan tapi pasti.
Lantai teratas masih sangat jauh, tapi para player mulai bergerak dengan harapan kecil ini-dan dunia mulai berputar lagi.

Sekarang, dua tahun kemudian dan dengan 26 lantai tersisa, jumlah orang yang bertahan hidup sekitar 6 ribu orang.

Ini adalah situasi dari Aincrad yang sekarang.

Bab 5

Setelah menyelesaikan pertarunganku dengan musuh yang kuat yang sedang berpatroli di <Labyrinth Area> di lantai 74, aku mengingat jalan kembaliku, begitu juga dengan masa lalu, dan menghela napasku ketika aku melihat cahaya dari jalan keluar.
Aku mengosongkan pikiranku, berjalan dengan cepat keluar dari labyrinth area, dan menghirup udara yang segar dan bersih dalam-dalam.
Di hadapanku, lorong yang sempit berubah menjadi hutan yang lebat dan penuh dengan pohon. Di belakang ku, labyrinth area tempatku keluar barusan menjulang tinggi hingga ke langit—atau lebih tepatnya hingga ke permukaan bagian bawah lantai selanjutnya.
Karena tujuan akhir gamenya adalah untuk mencapai puncak tertinggi dari kastil ini, dungeon di dunia ini tidak menuju ke bawah tanah melainkan berbentuk menara. Tapi, setting dasarnya tidak berubah: monster di labyrinth area lebih kuat dibandingkan monster yang berada di jalanan, dan boss monster menunggu di bagian terdalam dari labyrinth area.
Saat ini, delapan puluh persen dari labyrinth area di lantai 74 telah di jelajahi, atau dengan kata lain, telah di <mapped>. Dalam beberapa hari, boss room mungkin akan ditemukan, dan sebuah tim untuk melawan boss dengan anggota yang banyak akan dibuat. Saat itu, bahkan aku, seorang solo player, akan ikut ambil bagian.
Aku tersenyum pada diriku sendiri karena merasa tidak sabar dan frustasi pada saat yang sama dan mulai berjalan melewati jalur yang ada.
Saat ini, rumah tempat tinggal ku berada di kota terbesar di Aincrad, yaitu <Algade>, yang lokasinya berada di lantai ke 50. Yah, dari luasnya, Starting City lebih besar, tapi tempat itu sekarang sudah menjadi markas <The Army> sepenuhnya, jadi berjalan di sekitar sana menjadi agak tidak nyaman.
Segera setelah aku keluar dari padang rumput yang mulai menggelap, sebuah hutan yang berisi pohon-pohon tua membentang di depanku. Jika aku berjalan selama tiga puluh menit lewat sini, Aku akan sampai di <Housing Area> dari lantai 74 dan bisa menggunakan <Teleport Gate> disana untuk teleport ke Algade.
Aku bisa saja menggunakan satu dari instant teleportation item didalam inventory ku untuk kembali ke Algade kapanpun. Tapi karena harganya sedikit mahal, Aku enggan menggunakannya kecuali jika aku sedang berada dalam situasi berbahaya. Masih ada sedikit waktu hingga mataharinya menghilang sepenuhnya, jadi aku menolak godaan untuk kembali kerumah secepatnya dan akhirnya masuk kedalam hutan.
Sebagai catatan, ujung-ujung dari setiap lantai di Aincrad biasanya terbuka lebar langsung ke langit, kecuali bagian tiang penahannya. Pohon-pohon menjadi berwarna merah api karena terkena cahaya yang masuk melalui celah tersebut. Kabut yang mengalir diantara cahaya matahari memantulkan cahaya dengan indahnya. Suara kicau-an burung, yang sering terdengar disiang hari, menjadi sulit terdengar, karena suara batang pohon yang bergoyang-goyang karena tertiup angin yang kencang.
Aku tahu dengan jelas kalau aku bisa bertarung dengan monster di area ini meskipun aku mengantuk, tapi rasa takut yang datang bersamaan dengan kegelapan susah dihindari. Sebuah perasaan yang mirip dengan ketika aku tersesat dan tidak bisa pulang waktu kecil menyelimutiku.
Tapi aku tidak membenci perasaan ini. Aku kadang-kadang melupakan rasa takut ini ketika aku masih di dunia nyata. Rasa kesepian yang kau dapatkan ketika kau berkelana sendirian di tempat asing tanpa seorangpun yang terlihat seberapa keraspun kau mencoba melihat—kau bisa menyebutnya sebagai dasar dari RPG.
Ketika aku sedang terpaku mengenang masa lalu, sebuah teriakan yang belum pernah kudengar sebelumnya memasuki telingaku.
Itu terdengar hanya sesaat, keras dan jelas seperti suara sebuah peluit. Aku menghentikan langkahku dan mencari dengan seksama ke arah suaranya berasal. Jika kau mendengar atau melihat sesuatu yang kau tidak pernah alami sebelumnya di dunia ini, itu bisa saja berarti kalau kau sangat beruntung atau bisa juga sebaliknya.
Sebagai seorang solo player, Aku melatih skill <Scan for Enemy>ku. Skill ini mencegah serangan tiba-tiba dan ketika kau sudah ahli menggunakannya, itu akan memberikan kemampuan tambahan pada si pemain untuk bisa mendeteksi monster yang sedang "bersembunyi." Dengan itu, AKu bisa melihat seekor monster bersembunyi diantara batang pohon di jarak sepuluh meter dariku.
Monster itu tidak terlalu besar. Monster itu mempunyai bulu hijau untuk berkamuflase diantara dedaunan dan mempunyai telinga yang lebih panjang dibandingkan tubuhnya. Ketika aku berkonsentrasi kearahnya, secara automatis monster itu menjadi targetku dan sebuah cursor berwarna kuning muncul bersama dengan namanya.
Aku menahan napasku saat aku melihat namanya: <Ragout Rabbit>. Itu cukup langka hingga bisa mendapat gelar "super."
Itu pertama kalinya aku melihat yang asli. Kelinci yang hidup di batang pohon itu tidak begitu kuat, juga tidak memberimu banyak experience points, tapi-
Aku diam-diam mengambil sebuah throwing pick kecil dari sabuk ku. <Knife Throwing Skill> ku tidak begitu tinggi. Aku hanya memilihnya sebagai cabang di skill tree ku pada suatu saat. Tapi kudengar kalau Ragout Rabbit adalah monster tercepat dari seluruh monster yang diketahui saat ini, jadi aku tidak terlalu percaya diri untuk menangkapnya dengan pedangku.
Aku punya satu kesempatan untuk menyerang sebelum musuh menyadari keberadaanku. Aku mengangkat pick tadi, berdoa, dan bergerak mengikuti posisi gerak awal skill <Single Shot>.
Yah, sekecil apapun skill ku, tanganku dibantu oleh dexterity ku yang tinggi dan melempar pick nya dengan gerakan yang agak terlihat kabur. Pick nya berkilau sekali dan menghilang dibalik pepohonan. Segera setelah aku menyerang, cursor kuning yang tadinya menunjukkan lokasi Ragout Rabbit berada, berubah menjadi merah dan muncul HP bar dibawahnya.
Sebuah teriakan kencang terdengar dari arah pick ku terlempar. HP bar nya semakin mengecil dan kemudian mencapai 0. Terdengar suara polygon pecah yang tidak asing lagi.
Aku mengepalkan tangan kiriku. Aku mengangkat tangan kananku dan membuka main menu. Aku membuka inventory dengan cepat, meski begitu gerakan tanganku terlihat terlalu lambat bagiku, dan benda itu ada di bagian teratas dari item list baru kudapat: <Ragout Rabbit’s meat>. Itu adalah rare item yang bisa dijual ke player lain dengan harga minimal seratus ribu Coll. Uang sebanyak itu cukup untuk membuat satu full set dari armor terbaik dan masih ada sisa kembaliannya.
Alasan kenapa benda ini sangat mahal simpel saja, karena benda ini adalah bahan makanan yang paling enak dibandingkan bahan makanan lainnya di game ini.
Makan adalah satu-satunya kenikmatan di SAO, tapi makanan yang ada biasanya hanyalah sup dan roti yang rasanya seperti berasal dari negara eropa—yah aku juga tidak begitu tahu; tapi kenyataannya rasanya biasa saja. Beberapa player yang melatih skill memasak mereka juga berpikir seperti itu dan tidak puas hanya dengan makanan itu. Tapi melatih skill memasak bukanlah hal yang mudah, jadi banyak player yang tidak bisa melakukannya.
Tentu saja aku tidak berbeda. Aku tidak begitu membenci sup dan roti gandum yang sering kubeli dari restoran NPC. Tapi sekali-sekali aku juga ingin makan daging.
Selama beberapa waktu aku melihat kearah nama item itu dan berpikir apa yang harus kulakukan. Kemungkinan ku mendapat bahan seperti ini lagi sangat rendah. Sejujurnya, aku sangat ingin memakannya. Tapi semakin tinggi peringkat bahannya, semakin tinggi pula skill yang dibutuhkan untuk memasaknya. Jadi aku harus menemukan orang yang sudah menguasai skill memasak sepenuhnya untuk memasakannya untukku.
Tapi aku tidak tahu satupun. Yah, aku tahu beberapa, tapi mencari merekalah yang membuat repot. Selain itu, sudah waktunya aku membeli satu set equipment baru. Jadi, aku memutuskan untuk menjualnya.
Aku menutup window nya untuk menyingkirkan semua rasa menyesal, dan menscan area di sekitar dengan skill ku. Kemungkinan bandit muncul di garis depan sangat tipis, tapi kau tidak akan pernah terlalu berhati-hati ketika kau mempunyai sebuah benda S-class.
Aku bisa membeli berapapun teleport item yang kubutuhkan setelah aku menjualnya, jadi aku memilih untuk mengurangi resiko dan mulai merogoh saku-ku.
Benda yang kuambil adalah sebuah kristal yang berbentuk seperti pilar bersisi delapan yang berwarna biru terang. Sedikit dari magic item di dunia dimana <Magic> tidak ada, semuanya berbentuk seperti permata. Biru adalah untuk instant teleportation, pink untuk menyembuhkan HP, hijau untuk penawar racun, dan lain-lain. Mereka semua adalah item praktis yang menciptakan efek secara instant, tapi mereka juga mahal. Jadi orang-orang lebih sering menggunakan item yang lebih murah seperti potion yang memiliki efek lambat setelah kabur dari pertarungan.
Berpikir kalau ini adalah, tidak salah lagi, sebuah situasi darurat, Aku memegang kristal biru itu dan berteriak.
“Teleport! Algade!”
Ada suara banyak bel bergema dan kristal di tanganku pecah menjadi kepingan kecil. Pada saat yang sama, tubuhku diselimuti oleh cahaya biru dan hutannya menghilang dari pandanganku seperti meleleh. Sebuah cahaya yang lebih terang bersinar, dan setelah itu menghilang, teleportasinya selesai. Dari suara daun-daun bergesekan berganti menjadi suara palu para smith dan suara keras dari kota memasuki suaraku.
Tempatku muncul adalah <Teleport Gate> yang berada di tengah Algade.
Dibagian tengah dari plaza yang melingkar, sebuah gerbang yang terbuat dari logam berdiri setinggi lima meter lebih. Didalamnya, udara berputar-putar seperti sebuah pusaran dan orang-orang yang teleport keluar masuk.
Empat jalan utama membentang di keempat arah dari plaza, dan disisi dari semua jalan itu, banyak toko-toko kecil yang berdiri. Player-player yang pulang setelah seharian menjelajah berbincang-bincang di depan toko makanan atau minuman.
Jika seseorang mencoba mendeskripsikan Algade kedalam satu kata, itu pasti adalah <berantakan>.
Tidak ada jalan besar seperti yang ada di Starting City dan banyak jalan gang yang bersilangan di seluruh kota. Ada toko-toko yang kau mungkin tidak tahu apa yang dijualnya, dan penginapan yang terlihat seperti kalau kau tidak akan pernah bisa keluar jika kau masuk kedalam.
Sebenarnya, ada banyak player yang secara tidak sengaja memasuki salah satu gang di Algate dan tersesat selama beberapa hari sebelum bisa keluar. Aku sudah tinggal disini hampir setahun sekarang, tapi aku masih tidak hapal setengah dari jalan disini. Bahkan NPC disini adalah orang-orang aneh yang pekerjaannya susah untuk ditebak, dan itu membuatmu berpikir kalau orang yang menjadikan tempat ini sebagai tempat tinggal sekarang ini adalah orang-orang aneh juga.
Tapi aku menyukai jalan-jalan disini. Aku tidak bohong saat aku pernah bilang satu-satunya waktu aku merasa tenang adalah ketika aku meminum teh berbau aneh di sebuah toko di pojokan yang biasa kukunjungi. Alasan dibaliknya adalah karena aku tempat itu terasa sedikit mirip dengan toko elektronik yang sering kukunjungi di dunia nyata—yah tidak terlalu juga sih, atau kuharap tidak.
Berpikir untuk menjual itemnya sebelum kembali kerumah, aku berjalan ke sebuah toko. Jika aku berjalan mengikuti jalur menuju ke barat dari central plaza, aku akan sampai ke toko itu setelah melewati sedikit keramaian. Didalamnya, sangat sempit hingga meski hanya ada 5 player saja terasa sempit disini, dan ada banyak papan toko seperti: Peralatan, Senjata, dan bahkan bahan makanan yang bertumpuk disini.
Si pemilik toko sedang sibuk melakukan tawar menawar.
Ada 2 cara untuk menjual item. Yang pertama adalah dengan menjualnya ke NPC, atau character yang di gerakkan oleh system. Cara ini tidak mempunyai resiko ditipu tetapi harganya selalu sama. Untuk mengurangi peredaran uang berlebih, harganya dibuat lebih rendah dibanding dengan harga pasaran.
Yang kedua adalah dengan melakukan trade dengan player lain. Dengan cara ini, kau bisa menjual itemnya dengan harga tinggi jika kau menawar dengan baik, tapi kau harus menemukan seseorang untuk menemukannya, dan perselisihan antara player setelah trade selesai sudah biasa terjadi.
Karena itu, player merchant yang ahli dalam berdagang item muncul.
Player merchant tidak bisa hidup hanya dengan berdagang saja. Seperti pemain dengan class technician, mereka harus mengisi sebagian dari skill slot mereka dengan skill yang tidak berhubungan dengan pertarungan. Tapi itu tidak berarti mereka tidak perlu ke field. Merchant harus bertarung untuk barang dagangan, sedangkan technician untuk bahan baku pembuatan barang, dan, tentu saja mereka mengalami kesulitan yang lebih besar di bandingkan dengan petarung. Sulit bagi mereka untuk merasa senang megalahkan musuh mereka.
Karena itu, mereka yang memilih class tersebut adalah orang-orang hebat yang memebantu para player bertarung di garis depan setiap hari. Jadi diam-diam aku sangat menghormati mereka.
…yah, Aku memang menghormati mereka, tapi orang di depanku ini adalah seseorang yang tidak bisa disebut baik.
“Oke, setuju! 25 <Dust Lizard’s hide> untuk lima ratus Coll!”
Pemilik toko yang sering ku datangi ini, Agil, menepuk pundak orang yang sedang tawar-menawar dengannya, seorang spearman yang terlihat lemah, dengan tangannya yang besar itu. Kemudian dia dengan cepat membuka trade window dan memasukan jumlah uang di dalam trade list nya.
Lawan transaksinya terlihat sedang berpikir, tapi ketika dia melihat wajah Agil, yang terlihat seperti petarung kuat yang menakutkan—dan nyatanya, Agil adalah salah satu warrior pengguna axe yang paling hebat dan seorang merchant yang handal—spearman yang terlihat lemah itu buru-buru menaruh item nya di trade list dan menekan OK.
“Terima kasih banyak! Silahkan datang kembali lain waktu!”
Agil menepuk pundak spearman itu sekali lagi dan tersenyum lebar. Dust Lizard's hide bisa digunakan untuk membuat armor yang cukup bagus. Kupikir lima ratus Coll terlalu murah dilihat dari manapun. Tapi aku tetap diam dan melihat spearman itu pergi. Ambil ini sebagai pelajaran untuk tidak memperlihatkan kelemahan ketika sedang tawar menawar, Aku berpikir seperti itu didalam kepalaku.
“Hey, kau melakukan bisnis seperti itu tanpa malu seperti biasanya.”
Orang tinggi yang botak itu melihat kearahku dan tersenyum ketika aku berbicara begitu dibelakangnya.
“Hey, Kirito. Moto toko ku adalah untuk beli murah dan jual murah,” dia berkata tanpa menunjukan sedikitpun rasa menyesal.
“Yah, aku sedikit curiga dengan ’jual murah’nya tapi itu tidak penting. Aku ingin menjual sesuatu juga.”
“Kau itu pelanggan, jadi aku tidak bisa menipumu. Yah, coba lihat…”
Sambil mengatakan itu, Agil menjulurkan lehernya yang tebal dan pendek dan melihat ke trade window yang kutunjukan.
Avatar di SAO adalah replika dari tubuh asli player yang dibuat dengan melakukan scan and pengukuran. Tapi setiap kali aku melihat Agil, Aku selalu bertanya pada diriku sendiri bagaimana mungkin seseorang bisa memiliki tubuh yang cocok sekali dengan dirinya.
Tubuh setinggi 180 cm itu seluruhnya dilapisi dengan otot dan lemak, dan dengan kepalanya itu dia terlihat seperti seorang pegulat pro. Ditambah lagi, dia mensetting gaya rambutnya, salah satu dari sedikit hal yang bisa dibuat sendiri, menjadi botak. Setidaknya efeknya sama menakutkan dengan monster barbarian.
Meski begitu, dia memiliki wajah menarik yang terlihat seperti anak kecil ketika dia terseyum. Kelihatannya dia berumur dua puluhan lebih, tapi aku tidak bisa menebak apa yang dia kerjakan didunia nyata. Salah satu peraturan tidak tertulis di dunia ini adalah untuk tidak menanyakan orang lain tentang <Dirinya di dunia nyata>.
Kedua mata yang berada dibawah alis tebalnya membesar ketika dia melihat kearah trade window.
“Wow, itu kan S-rank rare item. <Ragout Rabbit’s meat>, ini pertama kalinya aku melihatnya… Kirito kau tidak semiskin itu kan? Apakah kau tidak berpikir sedikitpun untuk memakannya?”
“Tentu saja aku berpikir begitu. Sulit sekali menemukan benda seperti ini untuk kedua kalinya… Tapi agak susah untuk menemukan orang yag bisa memasak bahan seperti ini…”
Lalu dari belakang seseorang menepuk bahu ku. “Kirito.”
Itu adalah suara perempuan. Tidak begitu banyak player perempuan yang tahu namaku. Yah sebenarnya, dalam situasi seperti ini hanya ada satu orang. Aku menggenggam tangan yang berada di bahu kiriku dan berkata.
“Juru masak ketemu.”
“A-Apa?”
Dengan tangannya di bahuku, orang itu bertanya dengan ekspresi curiga di wajahnya.
Di wajah kecilnya, yang dikelilingi dengan rambut lurus panjang yang berwarna seperti kastanye terdapat dua mata yang berwarna kecoklatan yang bersinar-sinar. Tubuh langsingnya yang ditutupi dengan sebuah combat uniform yang berwarna merah dan putih, dan ada sebuah rapier yang berwarna perak di dalah sarung pedangnya.
Namanya adalah Asuna. Dia sangat terkenal hingga hampir semua orang di SAO mengenalnya.
Ada banyak alasan kenapa dia terkenal, tapi salah satunya adalah karena dia adalah salah satu dari sedikit player perempuan, dan dia adalah pemilik dari wajah yang tidak kekurangan apapun, alias dia sangat cantik.
Sulit untuk mengatakannya di dunia ini, dimana semua orang mempunyai tubuh asli mereka, tapi perempuan yang cantik adalah hal sangat langka. Kau mungkin bisa menghitung dengan jari jumlah player yang memiliki wajah secantik Asuna.
Alasan lainnya adalah karena dia merupakan anggota guild <Knights of the Blood>. Anggota-anggotanya disebut KoB dengan menggunakan inisial dari <Knights of the Blood>, dan, semua guild, mengakui kalau mereka adalah guild terkuat.
Guild itu tidak terlalu besar dan hanya terdiri dari tiga puluh player, tapi mereka semua berlevel tinggi dan petarung berpengalaman, dengan ketua guildnya yang merupakan player terkuat dan hampir menjadi legenda di dalam SAO. Selain itu, dibandingkan penampilannya yang lemah, Asuna adalah seorang wakil ketua. Kemampuan berpedangnya sangat hebat hingga mendapat gelar <Flash>.
Jadi penampilan dan kemampuan berpedangnya berada di puncak diantara 6 ribu player lainnya. Justru aneh kalau dia tidak menjadi terkenal. Dia mempunyai banyak fans, tapi diantara mereka ada beberapa penguntit yang memuja-muja dia, dan ada juga orang yang membencinya, jadi sepertinya dia mengalami masa-masa yang sulit.
Yah, karena dia adalah seorang petarung tingkat tinggi, seharusnya tidak ada begitu banyak orang yang akan menantangnya secara langsung. Tapi guildnya sepertinya mau menunjukkan kalau mereka akan melindunginya, dia sering diikuti oleh dua orang pengawal atau lebih. Bahkan sekarang ada dua orang pria beberapa langkah di belakangnya yang menggunakan equipment dengan equipment armor logam dan seragam KoB. Salah satu diantara mereka, yang berambut ekor kuda, memelototi ku yang sedang memegang tangan Asuna.
Aku melepaskan tangan asuna dan berkata.
“Ada apa, Asuna? Tumben kau datang ke tempat yang penuh sampah seperti ini.”
Wajah dari pria berambut ekor kuda dan si pemilik toko mengerut kesal; yang satu karena aku tidak memanggil Asuna dengan gelarnya dan yang satunya karena aku menyebut tokonya penuh dengan sampah. Tapi si pemilik toko...
“Lama tidak bertemu, Agil-san.”
...tersenyum gembira setelah mendengar sapaan dari Asuna.
Asuna melihat kembali kearahku dan mengecilkan bibirnya sambil terlihat tidak puas.
“Apa-apaan sih? Susah payah aku mencarimu kesini untuk melihat apakah kau masih hidup untuk melawan boss yang akan segera ditemukan.”
“Kau sudah mendaftarkanku sebagai teman jadi kau bisa tahu hanya dengan melihatnya. Lagipula alasan kau bisa menemukanku kan karena kau menggunakan friend trace di peta mu.”
Asuna memalingkan kepalanya kesamping setelah mendengar jawabanku.
Selain sebagai wakil ketua, dia juga berada di garis depan untuk menyelesaikan game. Pekerjaan itu termasuk mencari solo player yang menyendiri sepertiku dan membentuk sebuah party untuk melawan boss. Tapi meski begitu, dia benar-benar mendatangiku, seberapa tekunnya seseorang seharusnya masih ada batasnya.
Melihat ekspresiku yang setengah lelah dan setengah heran, Asuna menaruh tangannya di pinggangnya sebelum berbicara dengan gaya seperti menaikkan dagunya.
“Yah, kau masih hidup dan itulah yang penting. Se-Selain itu, apa yang kau maksud? Kau bilang sesuatu tentang juru masak atau sejenisnya.”
“Oh, benar, benar. Berapa tinggi teknik memasakmu sekarang?”
Yang kutahu, Asuna memang rajin menaikan skill memasaknya ketika dia punya waktu senggang diantara latihan skill pedangnya. Dia menjawab pertanyaan ku dengan sebuah senyum bangga.
“Dengar dan terkejutlah! Aku sudah <Mastered> skill itu minggu lalu.”
“Apa!?”
Dia itu…bodoh.
Aku berpikir seperti itu. Tentu saja aku tidak mengatakannya keras-keras.
Melatih skill itu sangat-sangat membosankan dan menghabiskan waktu, dan hanya bisa <Mastered> setelah menaikkan level mereka sebanyak 1000 kali. Sebagai catatan, level tidak ada hubungannya dengan skill dan naik setelah mendapat cukup experience point. Hal-hal yang naik bersama dengan level adalah HP, strength, status seperti dexterity, dan jumlah dari <Skill Slots> yang menentukan berapa banyak skill yang bisa kau kuasai.
Sekarang ini aku punya 12 slot, tapi yang sudah kusempurnakan hanyalah skill one-handed straight sword, Scan for Enemy, dan Weapon Guard. Itu berarti perempuan ini telah menghabiskan banyak waktu dan usaha untuk skill yang tidak akan membantu didalam pertarungan.
“…yah, ada sesuatu yang aku ingin minta tolong untuk kau lakukan dengan skill itu.”
Aku membuat windowku menjadi terlihat untuk semua orang supaya dia bisa melihatnya. Asuna melihatnya dengan curiga, dan kemudian matanya terbuka lebar saat dia melihat nama item itu.
“Uwa!! Itu…itu kan bahan makanan rangking S!?”
“Jika kau memasakkannya, Aku akan memberimu satu gigitan.”
Bahkan sebelum aku berhenti berbicara, tangan kanan dari Asuna si <Flash> menggenggam kerah leherku. Lalu dia mendekatkan wajahnya hingga hanya tersisa beberapa cm jarak wajahnya dari mukaku.
“Berikan. Aku. Setengah!!”
Sword Art Online Vol 01 - 092.jpg
Detak jantungku berhenti seketika karena kaget dan aku mengangguk tanpa berpikir. Ketika aku sadar itu sudah terlambat, dan dia melambaikan tangannya kegirangan. Yah, anggap saja aku beruntung karena aku bisa melihat wajah cantik itu dari dekat. Begitulah aku meyakinkan diriku sendiri.
Aku menutup window nya dan berbicara sambil melihat kearah wajah Agil.
“Maaf. Tradenya batal.”
“Tidak. Itu tidak apa-apa…hey, kita teman kan? Eh? Bisakah kau membiarkanku mencobanya juga…?”
“Aku akan memberikanmu esai delapan ratus kata tentangnya.”
“Ja-jangan begitu!”
Ketika aku dengan dinginnya memalingkan wajahku darinya, dia memanggilku dengan suara yang terdengar seperti kalau dunia akan berakhir. Ketika aku akan berjalan pergi, Asuna menarik lengan baju jaketku.
“Masaknya gampang saja, tapi dimana kita akan melakukannya?”
“Ah…”
Jika kau ingin memasak, maka kau memerlukan beberapa alat memasak seperti kompor dan oven, begitu juga dengan bahan makanannya. Bukannya di rumahku tidak ada alat-alat seperti itu, tapi aku tidak bisa mengundang wakil ketua KoB ke tempat yang berantakan seperti itu.
Asuna melihat kearahku dengan wajah tidak percaya.
“Yah, rumahmu pasti tidak mempunyai alat yang dibutuhkan. Tapi aku bisa memasakannya dirumahku sekali ini saja.”
Dia berkata sesuatu yang mengejutkanku dengan suara yang tenang.
Asuna mengabaikanku yang berdiri kaku disana seperti aku sedang lag ketika otakku memproses apa yang dikatakannya, dan berbalik menghadap ke pengawalnya lalu berbicara.
“Aku akan teleport ke <Salemburg>, jadi kalian boleh pergi. Terima kasih atas kerja keras kalian.”
“A-Asuna-sama! Datang ke perkampungan kumuh saja sudah cukup buruk, tapi kau juga mengundang seseorang yang mencurigakan seperti dia kerumahmu. A-apa yang kau pikirkan!?”
Aku tidak percaya apa yang baru saja kudengar. Dia bilang <Sama>. Dia pasti salah satu orang yang memuja-muja Asuna. Ketika aku melihat Asuna dengan pikiran seperti itu, orang yang baru saja dibicarakan terlihat jengkel.
“OK, kau mungkin bisa menyebutnya mencurigakan, tapi kemampuannya tidak bisa dipertanyakan. Dia mungkin sekarang sepuluh level diatasmu Kuradeel.”
“A-Apa yang kau katakan Asuna-sama? apa kau mau mengatakan kalau aku tidak setara dengan orang sepertinya…!”
Suara pria itu terdengar hingga keluar gang. Dia memelototiku dengan matanya yang sipit. Lalu wajahnya memucat seperti dia telah menyadari sesuatu.
“Benar…kau, kau pasti seorang <Beater>!”
Beater adalah kata gabungan dari <Beta tester> dan <Cheater>. Itu adalah kata yang ditujukan untuk orang yang menggunakan cara yang tidak adil dan juga kata untuk mengutuk atau mengejek yang ada di SAO. Itu adalah kata yang sering kudengar. Tapi berapa kalipun mendengarnya, kata itu masih saja menyakiti hatiku. Wajah dari orang yang pertama kali mengatakannya padaku, orang yang dulu adalah temanku, tiba-tiba muncul di dalam kepalaku.
“Ya. Kau benar.”
Ketika aku mengakuinya dengan wajah tanpa ekspresi, pria itu mulai berbicara tanpa henti.
“Asuna-sama, orang-orang seperti itu tidak peduli apapun selama mereka baik-baik saja! Tidak ada untungnya berteman dengan orang-orang seperti itu!”
Asuna, yang dari tadi tenang, tiba-tiba mengernyitkan alis matanya karena jengkel. Tiba-tiba muncul kerumunan dan kata-kata seperti <KoB> dan <Asuna> dapat terdengar disana-sini.
Asuna melihat sekeliling dan mengatakan kepada pria yang terus menerus berbicara tadi.
“Pergilah kau dari sini sekarang juga. Itu perintah.”
Dia berkata dengan kasar dan menarik ikat pinggangku dengan tangan kirinya. lalu dia mulai berjalan menuju ke gerbang plaza sambil menarikku.
“Err…hey! Apakah boleh meninggalkan mereka seperti itu?”
“Tidak apa-apa!”
Yah, aku tidak punya alasan untuk komplain. Kami keluar dari kerumunan meninggalkan dua pengawal tadi dan Agil yang masih kecewa. Ketika aku mengintip kebelakang, ekspresi jengkel pria yang bernama Kuradeel menyangkut di pandanganku seperti terfoto.

Bab 6

Salemburg adalah kota yang mirip dengan kastil dengan pemandangan indah yang terletak di lantai 61.
Kota Salemburg tidak terlalu besar. Tapi kota dengan kastil yang berada ditengahnya itu terbuat dari batu granit putih, dan diwarnai dengan warna hijau yang kontras. Ada lumayan banyak toko di sini jadi ada banyak player yang ingin menjadikan kota ini sebagai rumah mereka. Tapi karena karena rumah-rumah disini sangatlah mahal—harganya mungkin setidaknya tiga kali lebih mahal dibandingkan harga rumah di Algade—hampir mustahil untuk membelinya kecuali kau sudah berlevel tinggi.
Ketika Asuna dan aku sampai di teleport gate Salemburg, mataharinya hampir terbenam, dan sinar terakhir dari matahari yang berwarna ungu tua menyinari jalanan.
Sebagian besar dari lantai 61 dipenuhi oleh sebuah danau besar dan Salemburg berada di sebuah pulau ditengahnya, jadi orang-orang bisa melihat pemandangan yang seperti sebuah gambar di kanvas dimana cahaya matahari terbenam terpantul di danau.
Aku memandangi kota dengan terpesona, napasku berhenti sesaat karena kecantikan kota yang disinari oleh warna biru dan merah dengan danau yang sangat luas di baliknya. Tidak terlalu sulit bagi Nerve Gears untuk menciptakan efek pencahayaan seperti ini dengan CPU generasi baru dan diamond semiconductor nya.
Teleport gate nya terletak di plaza didepan castle dan jalan utama, yang menuju keutara, melewati kota dengan dikelilingi oleh lampu-lampu jalan. Toko dan rumah terbaris dengan rapi di kedua sisi jalan, dan bahkan NPC disini berjalan berkeliling dengan pakaian yang terlihat bagus. Aku merentangkan tanganku dan menarik napas yang dalam, bahkan udara disini berbeda dari udara di Algade.
“Hmmm. Tempat ini luas dan hanya ada sedikit orang. Aku suka dengan tempat yang luas seperti ini.”
“Kalau begitu kenapa kau tidak pindah?”
“Aku tidak punya uang yang cukup,” Aku menjawab sambil menaikkan bahu ku, sebelum memperbaiki ekspresiku dan bertanya dengan ragu-ragu.
“…omong-omong, apa tidak apa-apa? Tadi…”
“…”
Seperti menyadari apa yang ingin aku katakan, Asuna berputar dengan kepalanya yang menghadap kebawah dan menjejakkan ujung sepatunya ke lantai.
“…memang benar kalau ada beberapa hal buruk yang terjadi ketika aku sendirian. Tapi, menempatkan pengawal untukku, itu terlalu berlebihan kan? Aku sudah bilang kalau aku tidak membutuhkan mereka tapi…para anggota mengatakan kalau itu adalah kewajiban guild.”
Dia berbicara lagi dengan suara pelan.
“Dulu, guildnya masih kecil dengan pemimpinnya mengundang orang secara langsung dengan berbicara dengan mereka. Tapi ketika jumlah anggotanya bertambah dan mulai berubah… ketika guild ini mulai di sebut sebagai guild terkuat atau sejenisnya, ada sesuatu yang menjadi sedikit aneh.”
Dia berhenti berbicara dan berputar sedikit. Matanya terlihat seperti dia ingin bergantung padaku dan aku tanpa sadar berhenti bernapas.
Aku harus mengatakan sesuatu. Aku berpikir begitu, tapi apa yang bisa dikatakan oleh seorang solo player egois sepertiku? Aku hanya diam tanpa berbicara selama beberapa detik.
Yang pertama mengalihkan pandangan adalah Asuna. Dia memandangi danau yang bermandikan cahaya remang dan berkata sesuatu seperti untuk menghilangkan kekakuan.
“Yah, itu tidak terlalu penting jadi kau tidak perlu khawatir! Jika kita tidak buru-buru pergi, mataharinya akan segera terbenam.”
Asuna berjalan duluan dan aku mengikutinya. kami berjalan melewati beberapa player tapi tidak ada satupun dari mereka yang melihat kearahnya.
Aku hanya tinggal disini selama beberapa hari ketika lantai ini masih menjadi garis depan, jadi aku tidak terlalu memperhatikan sekeliling. Ketika aku melihat kearah pahatan indah yang memenuhi kota, aku berpikir kalau tinggal di kota seperti ini untuk beberapa waktu tidaklah buruk. Tapi kemudian aku mengubah pikiranku dan memutuskan kalau lebih baik jika aku hanya datang kesini beberapa waktu sekali untuk melihat-lihat.
Rumah yang ditinggali Asuna adalah rumah bertingkat tiga yang kecil tapi indah yang bisa ditemukan dengan berjalan kearah timur dari area pusat kota selama beberapa menit. Tentu saja itu adalah pertama kalinya aku kesini. Sekarang jika dipikir-pikir, aku hanya berbicara dengan dia ketika dalam rapat boss fight; dan kami bahkan tidak pernah bersama-sama makan di restoran NPC sebelumnya. Ketika aku sadar akan hal ini, aku berhenti didepan pintu dan bertanya.
“Apakah ini…boleh? Kau tahu…”
“Apa? Ini kan sesuatu yang aku katakan sendiri, dan tidak ada tempat lain yang lebih cocok untuk memasak jadi tidak ada pilihan lain!”
Asuna membalikkan kepalanya dan naik ke tangga. Setelah menguatkan tekad, aku mengikutinya.
“Ma-maaf mengganggu.”
Aku membuka pintu dengan ragu-ragu lalu berdiri disana tanpa bisa berbicara.
Aku tidak pernah melihat rumah yang serapi ini sebelumnya. Ruang makan yang lebar dan dapur yang berada disampingnya mempunyai furniture yang terbuat dari kayu yang berwarna cerah, dan di dekorasi dengan kain hijau tua. Itu semua mungkin adalah item buatan player yang mempunyai kualitas tertinggi.
Tapi ruangannya tidak di dekorasi dengan berlebihan, ataupun membuatmu merasa tidak nyaman. Ini sangat berbeda dibandingkan rumahku. Aku merasa sangat lega karena aku tidak mengundangnya kerumahku.
“Erm…berapa uang yang kukeluarkan untuk membeli semua ini…?”
Mendengar pertanyaan materialistisku.
“Hmm-, rumah sekaligus furniturenya, sekitar 4000k? Aku mau ganti baju jadi duduklah dimanapun kau mau.”
Dia menjawabnya dengan ringan dan menghilang dibalik pintu. "K" adalah singkatan dari 1000. 4000k berarti 4 juta Coll. Aku tinggal di garis depan, jadi aku bisa menabung sebanyak itu jika aku mencobanya. Tapi aku selalu menghabiskannya untuk membeli item aneh atau pedang yang menarik perhatianku, jadi aku tidak pernah menabung. Aku memarahi diriku sendiri yang tidak bisa menabung, sesuatu yang bukan karakterku, dan duduk ke sofa yang lembut.
Asuna muncul setelah beberapa saat, mengganti seluruh pakaiannya menjadi baju putih yang simple dan rok yang sepanjang lutut. Yah, kubilang mengganti pakaian tapi dia tidak benar-benar melepas dan memakai bajunya sendiri. Yang perlu dilakukan adalah menggerakkan jarimu di stats window. Tapi ada beberapa detik dimana player hanya akan mengenakan pakaian dalam mereka. Jadi kecuali mereka adalah pria yang sangat tidak tahu malu, kebanyakan player, terutama perempuan, tidak mengganti baju di depan orang lain. Tubuh ini memang mungkin hanya kumpulan data yang dibentuk menjadi 3D, tapi pikiran seperti itu hilang setelah dua tahun berlalu, dan sekarang ini didepan mataku ada tangan dan kaki Asuna yang tidak ditutupi oleh apapun.
Asuna, tidak sadar akan apa yang kupikirkan, melemparkan pandangan tajam kearahku dan berkata.
“Apa kau berencana untuk tetap berpakaian seperti itu?”
Aku buru-buru membuka menu screen ku dan melepas jaket dan pedang ku. Setelah melakukannya, aku mengeluarkan <Ragout Rabbit’s meat> dan menaruhnya kedalam mangkuk keramik diatas meja didepanku.
“Jadi ini bahan makanan rangking S yang legendaris-. …Lalu, apa yang harus kubuat?”
“Re-rekomendasi juru masak.”
“Oh…? Kalau begitu, aku akan membuat stew, karena ada kata <ragout> di namanya.”
Asuna menuju keruang sebelah; Aku mengikutinya.
Dapurnya luas, dan berbagai alat memasak yang terletak disamping oven terlihat agak mahal. Asuna meng click dua kali di permukaan oven, mengatur waktu di pop up window yang muncul, dan mengeluarkan panci logam dari lemari. Dia menaruh daging mentah, memasukkan beberapa herb, dan menuangkan air kedalamnya sebelum menutup pancinya.
“Jika ini memasak sungguhan, akan perlu membuat beberapa persiapan terlebih dahulu. Tapi memasak di SAO sangat singkat hingga menjadi tidak menyenangkan.”
Dia menaruh pancinya didalam oven dan menekan tombol "start" di menu sambil menggerutu. Bahkan sambil menunggu selama 300 detik, dia membuat berbagai macam makanan lainnya dengan cepat. Aku melihatnya sambil bengong karena terpana, sebab dia tidak melakukan kesalahan sedikitpun dalam mengoperasikan menu dan mempersiapkan makanan.
Hanya dalam lima menit, mejanya sudah penuh dengan makanan dan Asuna dan aku duduk berhadapan di depan meja. Stew yang berwarna coklat itu terlihat sangat enak di depan mataku. Baunya yang tercium bersamaan dengan uap yang keluar membuatku semakin lapar. Saus yang lembut menutupi daging yang tebal dan krim putih yang berada diatasnya sangat mempesona.
Kami mengangkat sendok bersamaan, dan merasa kalau waktu untuk berkata "selamat makan" bahkan terlalu panjang. Lalu kami memakan sesendok penuh makanan terbaik yang pernah ada di SAO. Aku merasakan panas dan rasanya didalam mulutku ketika aku menggigit dagingnya, dan cairan didalamnya meleleh dimulutku.
Makan di SAO tidak memperhitungkan perasaan dari menggigit makanannya. Melainkan menggunakan <Taste Reproduction Engine> yang dibuat oleh Agas dan para programer pendesain yang bekerja sama.
Sinyal itu mengirimkan sensasi <makan> yang telah diprogram dari berbagai makanan dan bisa membuat pengunanya merasa seperti mereka benar-benar memakan sesuatu. Itu sebenarnya dibuat untuk orang-orang yang sedang diet atau butuh membatasi jumlah makanan yang mereka makan, jadi Nerve Gear mengirimkan sinyal palsu ke bagian dari otak yang merespon panas, rasa, dan bau untuk membuat perasaan itu. Dengan kata lain, tubuh asli kami tidak benar-benar makan sesuatu sekarag ini dan yang sebenarnya terjadi adalah programnya mengirimkan sinyal secara acak untuk merangsang otak kami.
Tapu memikirkan hal seperti itu di situasi ini tidaklah keren. Aku tidak salah lagi sedang memakan makanan terbaik yang pernah kurasakan sejak log in ke SAO. Asuna dan aku tidak mengatakan apapun dan melanjutkan makan kami.
Akhirnya, setelah kami memakan habis semua makanan kami—dan membiarkan piring dan panci kosong didepannya, Asuna menghela napasnya.
“Ah…Senangnya aku masih hidup hingga sekarang…”
Aku benar-benar setuju. Merasakan kenikmatan dari memenuhi kebutuhan dasar setelah lama tidak makan, aku meneguk teh yang berbau misterius didepanku. Apakah rasa dari daging yang baru makan dan teh yang kuminum ini benar-benar ada di dunia nyata? Atau itu hanyalah buatan dengan memanipulasi sistem? Aku memikirkan hal-hal tersebut sambil bengong.
Asuna, yang duduk didepanku dengan segelas teh di yang dipegang di kedua tangannya, memecah keheningan yang ada sejak setelah makan.
“Entah kenapa ini berasa aneh… Bagaimana mengatakannya ya, Aku merasa seperti kalau aku lahir di dunia ini dan telah hidup di sini hingga sekarang atau seperti itulah.”
“…aku juga. Akhir-akhir ini ada hari-hari dimana aku tidak memikirkan sama sekali tentang dunia yang satu lagi. Bukan hanya aku saja… Sekarang ini tidak banyak orang yang masih terobsesi untuk ‘clearing’ atau ‘keluar’ dari SAO.”
“Kecepatan menjelajah lantai juga semakin berkurang. Sekarang hanya ada sekitar lima ratus player di garis depan. Itu bukan karena bahayanya, tapi…semua orang, telah menjadi terbiasa dengan dunia ini…”
Aku memandangi wajah cantik Asuna yang disinari oleh lampu orange.
Wajah itu tentu saja bukan wajah manusia asli. Kulit yang halusdan rambut yang mengkilap, itu terlalu cantik untuk dimiliki oleh makhluk hidup. Tapi bagiku, wajah itu tidak lagi terlihat seperti dibuat oleh kumpulan polygon. Sekarang aku bisa menerima hal itu apa adanya. Jika aku kembali ke dunia nyata dan melihat orang asli, aku mungkin akan merasa aneh.
Apa aku benar-benar berpikir kalau aku ingin kembali…ke dunia itu…?
Aku dibingungkan dengan pikiran yang muncul tiba-tiba. Aku selalu bangun pagi-pagi dan mencari experience point sambil memetakan labyrinth. Apa ini karena aku ingin keluar dari game ini?
Dulu aku memang memiliki keinginan seperti itu. Aku ingin keluar secepat mungkin dari death game yang kau tidak tahu kapan kau akan mati ini. Tapi sekarang aku telah terbiasa dengan game ini-.
“Tapi aku ingin kembali.”
Asuna berkata dengan suara yang jelas seperti dia telah melihat kebingunganku. Aku segera mengangkat kepalaku.
Asuna tersenyum padaku karena suatu alasan dan meneruskan.
“Karena, ada begitu banyak hal yang masih belum kulakukan.”
Aku mengangguk dengan keinginanku sendiri mendengar kata-katanya.
“Ya, kupikir kita harus melakukan yang terbaik yang kita bisa. Aku tidak mungkin bisa memandang kearah wajah para technician yang mendukung kita jika aku tidak melakukannya…”
Aku meminum teh lagi, seakan untuk menghilangkan kebingunganku. Lantai teratas masih sangat jauh. Jadi masih belum terlambat untuk memikirkan hal ini.
Merasa sedikit tenang, aku melihat kearah Asuna sambil memikirkan kata-kata yang tepat untuk mengucapkan terima kasih. Lalu wajah Asuna memerah dan sambil melambaikan tangannya dia berkata.
“J-J, Jangan.”
“A-Apa?”
“Beberapa player pria melamarku ketika mereka menunjukan ekspresi seperti itu diwajah mereka.”
“Wha…”
Meski aku telah menguasai skill bertarungku, aku tidak pernah mengalami hal itu sebelumnya, jadi aku hanya bisa membuka dan menutup mulutku tanpa bisa membalas perkataannya.
Asuna melihat kearahku dan tertawa. Aku pasti terlihat agak aneh sekarang.
“Jadi apa tidak ada orang yang dekat denganmu?”
“Memangnya kenapa…? Yah, itu tidak apa-apa, lagian aku kan seorang solo.”
“Yah, Karena kau memainkan MMORPG seharusnya kau berteman dengan beberapa orang.”
Asuna menghilangkan senyumannya dan bertanya, seperti dia tiba-tiba menjadi seperti seorang guru atau seorang kakak perempuan.
“Apa kau tidak pernah berpikir untuk bergabung dengan sebuah guild?”
“Eh…”
“Aku mengerti kalau seorang beta tester sepertimu tidak terbiasa berkelompok, tapi…”
Ekspresinya menjadi semakin serius.
“Setelah lantai tujuh puluhan, kupikir semakin banyak jenis monster yang muncul secara acak.”
Aku juga menyadarinya. Apakah programmernya berencana untuk membuat taktik CPU nya semakin sulit dibaca, ataukah itu adalah hasil dari programnya yang benar-benar belajar dengan sendirinya? Jika yang terakhir benar, maka ini akan menjadi semakin susah.
“Jika kau seorang solo, akan semakin susah untuk mengatasi situasi tak terduga. Kau tidak selalu bisa kabur. Akan lebih aman jika kau bersama dengan sebuah grup.”
“Aku punya cukup banyak jaring pengaman. Terima kasih atas saranmu, tapi…kalau guild, itu…”
Akan lebih baik jika aku berhenti disitu, tapi aku malah meneruskannya.
“Anggota grup lebih sering membebaniku daripada menolong.”
“Oh, benarkah?”
Flash, sebuah garis perak terlihat memotong udara didepanku, dan ketika aku menyadarinya, pisau Asuna sudah berada tepat didepan hidungku. Itu adalah skill dasar rapier yang bernama, <Linear>. Yah, kubilang sih dasar, tapi karena dexterity Asuna yang sangat besar, kecepatannya sangat menakutkan. Sejujurnya, aku bahkan tidak bisa melihat jejak senjatanya.
Dengan senyuman terpaksa, aku mengangkat tanganku menyerah.
“…baiklah, kau pengecualian.”
“Hmmph.”
Dia menarik pisaunya dengan ekspresi bosanm dan memutarkannya dengan jarinya sambil mengatakan sesuatu yang tidak bisa kuduga.
“Kalau begitu partylah denganku. Sebagai ketua dari party untuk melawan boss, aku akan melihat apakah kau sekuat apa yang dikatakan oleh rumor. Aku telah menunjukkanmu kalau aku cukup kuat. Selain itu, warna keberuntungan minggu ini adalah hitam.”
“Apa, Apa yang kau katakan!?”
Aku hampir saja terjatuh karena pernyataan yang gila itu dan segera mencari kata-kata untuk menolaknya.
“Tapi…jika kau melakukan itu, bagaimana dengan guildmu!?”
“Guild kami tidak memiliki level quota.”
“K-kalau begitu bagaimana dengan pengawal-pengawalmu?”
“Aku akan meninggalkan mereka.”
Aku mengangkat gelas tehku ke mulutku untuk menambah sedikit waktu untuk berpikir tapi akhirnya aku sadar kalau gelasku sudah kosong. Asuna mengambilnya dari tanganku dengan ekspresi puas diwajahnya dan mengisinya kembali dengan cairan panas dari dalam teko.
Sebenarnya—itu adalah tawaran yang menarik. Hampir semua pria ingin membuat party dengan seseorang yang dikatakan sebagai gadis tercantik di Aincrad. Tapi karena itulah, aku terus menanyakan kepada diriku sendiri kenapa orang terkenal seperti Asuna mau membuat party denganku.
Mungkin karena dia mengasihaniku karena aku adalah seorang player solo yang menyendiri? Sesuatu yang kukatakan tanpa sadar karena kepalaku dipenuhi oleh pikiran negative seperti itu hampir saja membuat hidupku berakhir.
“Garis depan sangat berbahaya.”
Asuna mengangkat pisaunya yang terlihat agak lebih mengkilap dari sebelumnya lagi. Aku mengangguk secepat yang ku bisa. Bahkan dengan keraguanku tentang mengapa dia memilihku yang tidak terlalu mencolok diantara orang-orang yang mencoba menyelesaikan game ini, aku mengatakan dengan penuh resolusi.
“O-Oke. Kalau begitu…Aku akan menunggu di depan gerbang lantai 74, besok pagi jam sembilan.”
Asuna menjawabnya dengan senyuman percaya diri sambil menurunkan tangannya.
Tidak tahu berapa lama aku bisa berada di rumah seorang perempuan tanpa melakukan hal yang tidak sopan, aku mengatakan ucapan perpisahan segera setelah kami selesai makan. Ketika Asuna menemaniku ke pintu depan rumahnya, dia menganggukkan kepalanya sedikit dan berkata.
“Yah…Kupikir aku harus berterima kasih untuk hari ini. Makanannya sangat enak.”
“Ah aku, aku juga. Aku ingin minta tolong padamu lagi…tapi kupikir tidak semudah itu aku bisa mendapatkan bahan makanan seperti itu lagi.”
“Oh, bahkan makanan biasa terasa berbeda jika kau cukup ahli.”
Asuna menjawab sebelum menengokan kepalanya keatas untuk melihat langit. Langitnya sudah sepenuhnya diselimuti oleh kegelapan malam. Tapi, tentu saja kau tidak bisa melihat bintang. Ada besi dan batu berwarna gelap yang menutupinya seratus meter diatas udara. Aku mengarahkan kepalaku keatas juga sambil berkata.
“…situasi ini, dunia ini, apa ini yang mau dibuat oleh Kayaba Akihiko…?”
Kami berdua tidak bisa menjawab pertanyaan yang setengahnya ditujukan pada diriku sendiri.
Kayaba, yang pastinya sedang mengamati dunia ini sambil bersembunyi entah dimana, apa yang dapat dia pikirkan? Situasi damai ini yang datang setelah kekacauan yang penuh darah di awal, apakah dia puas ataukah dia kecewa? Tidak mungkin aku bisa tahu.
Ketika Asuna berjalan mendekatiku dengan tenang, aku bisa merasakan sedikit kehangatan di tanganku. Apakah aku hanya membayangkannya, ataukah itu adalah hasil dari simulator yang sangat patuh ini?
6 November 2022 adalah hari dimulainya death game ini, dan sekarang sudah mendekati akhir dari Oktober 2024. Sekarangpun setelah hampir dua tahun, masih belum ada satupun pesan yang datang dari dunia luar, apalagi tanda-tanda pertolongan. Yang bisa kami lakukan adalah hidup dan berjalan, selangkah demi selangkah, menuju ke puncak.
Satu hari lagi terlewati di Aincrad ketika aku memikirkan hal ini. Kemana kami pergi, atau apa yang menunggu kami diakhir, itu semua hanyalah kumpulan hal yang masih belum kami ketahui. Jalan di depan masih panjang, dan cahayanya redup. Tapi—ada beberapa hal baik juga.
Ketika aku melihat kearah besi penutup diatas, aku membiarkan imaginasiku terbang menuju dunia asing yang masih belum kulihat.

Bab 7

Jam 9 pagi.
Cuaca hari ini settingnya agak mendung, dan kabut pagi yang menutupi kota masih belum hilang sepenuhnya. Cahaya dari luar yang memantul di kabut, mewarnai kota dengan warna kuning-lemon.
Menurut kalender Aincrad, bulan ini adalah <Month of the Ash Tree>, yang berarti sekarang sudah mendekati akhir musim gugur. Temperatur yang sedikit dingin membuat bulan ini sebagai bulan yang paling menyegarkan di tahun ini. Tapi sekarang ini, aku merasa tidak begitu menyukai cuacanya.
Aku sedang menunggu Asuna di gate plaza di area pemukiman dari lantai 74. Entah kenapa aku tidak bisa tidur semalam, dan yang kulakukan di atas kasurku adalah berguling kesana kemari. Kupikir aku akhirnya bisa tertidur sekitar jam tiga pagi lewat sedikit. Ada banyak sekali fungsi di SAO yang bisa membantu player tapi sayangnya tombol yang bisa membuatmu tertidur tidak termasuk kedalamnya.
Anehnya, justru kebalikannya ada. Di dalam option yang berhubungan dengan waktu di menu, ada sesuatu yang disebut <Alarm Clock> yang memaksa pemain untuk bangun dari tidur mereka. Tentu saja pilihan untuk bangun atau atau tidak sepenuhnya ada pada keputusanmu, tapi aku berhasil mengumpulkan cukup tekad untuk merangkak keluar dari kasurku ketika sistemnya membangunkanku jam sembilan kurang sepuluh menit.
Mungkin untuk membantu para pemain yang malas, pemain tidak harus mandi ataupun mengganti baju di game ini—meski begitu ada beberapa pemain yang sepertinya tetap mandi setiap harinya. Tapi karena mereplika air itu sangat sulit bahkan bagi Nerve Gear, maka di SAO tidak ada mandi yang seperti di dunia nyata. Setelah bangun sedikit dekat dengan waktu janjian, aku memakai semua equipment ku dalam waktu dua puluh detik, dan berjalan menuju teleport gate di Algade dan teleport menuju ke lantai 74 dengan sedikit santai, dan sedikit jengkel karena kurang tidur, tapi-
“Dia terlambat…”
Sekarang sudah jam sembilan lewat sepuluh menit. Para pemain yang rajin mulai muncul dari gerbang dan berjalan menuju ke Labyrinth area sedikit demi sedikit.
Tanpa ada kegiatan apapun, aku melihat kearah peta labyrinth dan level skill, dan stats ku yang sebagian besar sudah aku ingat.
Ahh, kuharap aku punya game portable atau sejenisnya.
Aku tertegun dan tak bisa berkata apa-apa karena pikiran itu. Berharap bisa main game didalam game, aku menjadi semakin parah saja.
Apakah aku boleh pulang dan kembali tidur... Aku bahkan mulai berpikir seperti itu. Efek teleport berwarna biru lainnya kembali muncul didalam gerbang entah sudah yang keberapa kalinya. Aku melihat tanpa terlalu berharap. Tapi kemudian-
“Kyaaaaa! Tolong minggir dari situ-!”
“Ahhhhhh!?”
Biasanya pemain yang teleport muncul diatas tanah, tapi orang ini muncul satu meter diatas udara dan—terbang menuju kearahku.
“Huh, huh…!?”
Tidak mempunyai waktu untuk menangkap atau menghindar, kami bertabrakan dan terjatuh ke tanah. Bagian belakang kepalaku memembentur lantai batu dengan keras. Jika aku tidak berada di safe area, beberapa titik dari HP ku pasti akan menghilang.
Ini berarti—sepertinya, pemain bodoh ini melompat ke dalam gate di sisi lain dan muncul seperti itu disini. Pikiran itu muncul didalam kepalaku. Masih sedikit pusing, aku mengangkat tanganku dan memegang orang bodoh diatasku untuk mendorongnya bangun.
“…hmm?”
Aku merasakan sesuatu yang aneh dan kenyal ditanganku. Aku meremasnya dua, tiga kali untuk memastikan apa benda kenyal dan elastis yang ada di tanganku.
“K-Kya-!!”
Tiba-tiba sebuah teriakan keras terdengar di telingaku dan kepalaku membentur lantai lagi. Pada saat yang sama, berat yang menimpa tubuhku menghilang.
Di depanku, ada seorang pemain wanita yang duduk di lantai, mengenakan seragam knight berwarna putih dengan lambang merah diatasnya dan sebuah rok mini selutut, dengan sebuah rapier berwarna perak-putih di sarung pedangnya. Dan entah kenapa, dia melotot kearahku dengan mata yang terlihat sangat marah. Wajahnya mengalami efek emosi tertinggi dan seluruh wajahnya memerah hingga ke telinganya, dan kedua tangannya menyilang untuk melindungi dadanya-…dada…?
Aku segera sadar apa yang baru saja kuremas dengan tangan kananku. Pada saat yang sama aku menyadari, agak sedikit terlambat, kalau aku sedang berada dalam situasi yang berbahaya. Semua langkah menghindari bahaya yang sudah kulatih di kepalaku menghilang. Sambil membuka dan menutup tangan kananku, tanpa tahu harus melakukan apa denganna, Aku membuka mulutku.
“H-Hey. Selamat pagi, Asuna.”
Kemarahan di matanya terlihat lebih jelas lagi. Itu adalah mata dari orang yang sudah berniat untuk mengeluarkan senjata mereka.
Aku mulai berpikir apakah perlu untuk <kabur> ketika gerbangnya kembali bersinar biru lagi. Asuna melihat kebelakang dengan ekspresi terkejut dan buru-buru bangun untuk bersembunyi dibelakangku.
“Eh…?”
Tanpa tahu apa-apa, aku ikut berdiri. Gerbangnya bersinar semakin terang ketika seseorang muncul ditengahnya. Kali ini playernya muncul diatas tanah.
Ketika cahayanya memudar, aku mengenali wajah orang yang muncul itu, dan jubah putih dengan symbol merah diatasnya. Orang itu, orang yang mengenakan seragam KoB dan membawa pedang yang terlihat sedikit terlalu dihiasi, adalah pengawal berambut panjang yang mengikuti Asuna berkeliling kemarin. Namanya kalau tidak salah adalah Kuradeel atau apalah itu.
Kuradeel semakin menggerutu ketika dia melihat Asuna dibelakangku. Dia tidak terlihat begitu tua. Dia mungkin baru berumur sekitar dua puluh tahunan, tapi kerutan diwajahnya membuatnya terlihat lebih tua. Dia menggertakkan giginya dengan keras hingga kami hampir bisa mendengarnya dan berbicara dengan suara yang terdengar sedikit marah.
“A…Asuna-sama, kau tidak boleh bertindak semaumu seperti ini…!”
Ketika aku mendengar suara histerisnya, aku berpikir Ini pasti akan merepotkan dan menurunkan bahuku sedikit. Dengan matanya yang sipit itu memandangku dengan tajam, Kuradeel berbicara lagi.
“Ayo, Asuna-sama, kita kembali ke markas pusat.”
“Tidak. Aku bahkan tidak sedang bertugas hari ini! …dan Kuradeel, kenapa kau berdiri di depan rumahku pagi-pagi sekali?”
Asuna menjawab dengan marah dibelakangku.
“Fufu, aku tahu kalau situasi seperti ini akan terjadi, makanya aku mulai pergi ke Salemburg untuk mengawasi rumahmu sejak sebulan yang lalu.”
Aku hanya bisa terkejut mendengar jawaban bangga Kuradeel. Asuna juga kaget. Setelah kesunyian selama beberapa saat Asuna berbicara dengan suara yang agak dipaksakan.
“Itu…itu bukan bagian dari perintah ketua kan…?”
“Tugasku adalah untuk mengawalmu, Asuna-sama. Mengawasi rumahmu juga termasuk kedalam…”
“Apa yang kau maksudkan dengan termasuk, idiot!”
Kuradeel berjalan mendekat dengan ekspresi yang semakin marah dan jengkel, lalu mendorongku dan menarik tangan Asuna.
“Kau sepertinya tidak mengerti. Tolong jangan seperti ini. …sekarang ayo kembali ke markas.”
Asuna terlihat ketakutan mendengar suara yang terdengar seperti menyembunyikan sesuatu itu. Dia melihatku dengan pandangan memohon.
Sejujurnya aku berpikir untuk kabur seperti yang selama ini aku lakukan hingga sekarang. Tapi begitu melihat mata Asuna, tanganku mulai bergerak dengan sendirinya. Aku memegang tangan kanan Kuradeel, tangan yang menarik Asuna, dan menguatkan tenaga di tanganku tepat sebelum crime prevention code nya aktif.
“Maaf, tapi aku akan meminjam wakil ketuamu untuk hari ini.”
Kalimat itu terdengar bodoh bahkan ditelingaku, tapi aku tidak bisa mundur sekarang. Kuradeel, yang sengaja mengabaikanku hingga sekarang, mengerutkan wajahnya dan menarik tangannya menjauh.
“Kau…!”
Dia berteriak dengan suara yang sedikti serak. Bahkan jika sistemnya melebih-lebihkan ekspresi pemain, masih ada sesuatu yang aneh dibalik suaranya.
“Aku akan menjamin keselamatan Asuna. Ini tidak seperti kalau kami akan melawan boss hari ini. Kau bisa kembali ke markas sendiri.”
“J…Jangan bercanda denganku!! Kau pikir pemain payah sepertimu bisa melindungi Asuna-sama!!”
“Lebih baik daripadamu, pastinya.”
“K-Kau kurang ajar…! J-Jika kau bisa berbicara sombong seperti itu berarti kau sudah siap dengan konsekuensinya kan…?”
Kuradeel, dengan wajahnya yang semakin putih, memanggil layar menu dengan tangan kanannya dan memanipulasinya dengan cepat. Lalu ada sebuah system message yang agak tembus pandang muncul didepanku. Aku sudah bisa mengira apa itu sebelum aku membacanya.
[Sebuah duel 1-lawan-1 telah diminta oleh Kuradeel. Apa kau menerimanya?]
Dibawah pesan yang tak berekspresi itu terdapat tombol Yes/No dan beberapa option lain. Aku melirik kesamping kearah Asuna. Dia tidak bisa melihat ke pesannya tapi dia terlihat telah mengerti apa yang terjadi. Kupikir dia akan mencoba menghentikanku, tapi mengejutkannya dia mengangguk dengan sedikit ekspresi kaku diwajahnya.
“…apa ini boleh? Tidakkah ini akan membuat masalah ke guild mu…?”
Asuna menjawab pertanyaan bisikanku dengan bisikan juga.
“Tidak apa-apa. Aku akan melaporkan sendiri hal ini ke ketua.”
Aku mengangguk, lalu menekan tombol Yes dan memilih option <First Strike Mode>.
Ini adalah duel yang bisa dimenangkan dengan mendaratkan satu pukulan telak atau dengan mengurangi HP musuh hingga setengah. Pesannya berubah menjadi [Kau telah menerima duel 1-lawan-1 dengan Kuradeel], dan sebuah hitungan mundur muncul 60 detik muncul dibawahnya. Disaat angkanya mencapai nol, HP protection system yang ada di dalam kota akan dihilangkan sementara, dan dia dan aku akan bisa beradu pedang hingga salah satu dari kami menang.
Kuradeel sepertinya telah menafsirkan kalau Asuna setuju.
“Tolong lihat, Asuna-sama! Aku akan membuktikan kalau tidak ada orang selain aku yang lebih baik untuk mengawalmu!”
Dia berteriak dengan ekspresi yang hanya bisa menutupi kesenangannya sedikit, menarik keluar two-handed sword besarnya dari pinggangnya, dan bersiap dengan suara pedang berbunyi 'clank'.
Aku memastikan kalau Asuna telah mundur sedikit jauh sebelum aku menarik one-handed sword ku dari punggungku. Seperti yang bisa diduga dari anggota guild terkenal, pedangnya terlihat jauh lebih bagus dari punyaku. Bukan hanya perbedaan ukuran antara one-handed dan two-handed sword, tapi juga pedangku hanyalah senjata simple, sedangkan pedangnya telah didekorasi penuh oleh seorang top class craftsman.
Ketika kami berdiri sejauh lima meter, menunggu hitung mundurnya untuk berakhir, orang-orang mulai berkumpul disekitar kami. Ini tidak begitu aneh. Ini adalah gerbang plaza di tengah kota, dan kami berdua adalah player yang lumayan terkenal.
“Solo Kirito dan seorang anggota KoB akan duel!”
Ketika seseorang meneriakkan kalimat itu, sorakan terdengar disana-sini. Karena duel biasanya adalah untuk membandingkan skillmu dengan seorang teman, semua penonton bersorak dan bersiul, tidak peduli akan situasi yang menyebabkan semua ini.
Tapi saat timer nya mulai mendekati nol, semua suara mulai menghilang. Aku merasa benang dingin melintas melewati tubuhku seperti ketika aku bertarung dengan monster. Aku memfokuskan diri untuk membaca suasana di sekitar Kuradeel, yang melihat kesana kemari karena jengkel, dan memeriksa cara berdirinya dan bagaimana kakinya bergerak.
Manusia biasanya menunjukkan kebiasaan tertentu saat mereka akan menggunakan sebuah skill. Apakah itu adalah skill menerjang atau bertahan, atau jika dia akam memulai dari bawah atau dari atas, jika tubuh mereka menunjukan ciri-ciri seperti itu maka itu akan menjadi kelemahan yang fatal.
Pedang Kuradeel sedikit condong kebelakang di bagian tengah tubuhnya dan bagian bawah tubuhnya membongkok kebawah. Itu jelas-jelas tanda kalau dia akan menggunakan serangan menerjang dari atas. Tentu saja, itu mungkin adalah tipuan. Aku sendiri sebenarnya bersikap dengan pedangku di postur yang rendah dan relax, memberikan kesan kalau serangan pertamaku adalah serangan lemah kebagian bawah tubuhnya. Kau hanya bisa mengandalkan pengalaman dan "perasaan"mu ketika mencari tipuan.
Ketika hitung mundurnya memasuki satu digit, aku menutup windownya. Aku bahkan tidak bisa mendengar suara di sekelilingku lagi.
Aku melihat Kuradeel, yang sejak tadi melirik dari arahku ke window dan kembali lagi, menjadi kaku ketika otot tubuhnya menjadi tegang. Kata [DUEL!!] muncul diantara kami dan aku melompat. Percikan api muncul dari bawah sepatuku dan udara berbunyi ketika bahuku memotong melewatinya.
Kuradeel juga bergerak bersamaan denganku. Tapi ada ekspresi kaget di wajahnya, karena aku telah menghancurkan dugaannya kalau aku akan menyerang dengan skill serangan rendah tipe bertahan dan menerjang.
Serangan pertama Kuradeel, seperti yang kuduga, sebuah serangan tinggi two-handed sword charge skill: <Avalanche>. Jika pertahanan terlalu lemah, si penahan mungkin bisa memblok serangannya tapi tidak bisa segera melakukan counterattack karena benturannya, sedangkan player yang menggunakannya bisa mempersiapkan gaya berdirinya lagi, karena terjangannya membuat jarak diantara mereka. Itu adalah sebuah skill level tinggi yang sangat bagus. Yah setidaknya untuk melawan monster.
Aku, yang sudah membaca apa yang akan dilakukan Kuradeel, memilih skill tipe menerjang <Sonic Leap>. Jika kami berdua terus menerjang, skill kami akan beradu.
Jika kita melihat hanya dari kekuatan skill, dialah yang lebih kuat, dan systemnya akan menguntungkan skill yang lebih berat jika dua serangan beradu. Jika begitu pedangku akan dipantulkan dan skillnya akan mengenaiku, sedikit diperlemah tapi masih cukup untuk mengahiri duel. Tapi aku tidak mengincar Kuradeel.
Jarak diantara kami semakin menyempit dengan cepat. Tetapi persepsiku juga sudah semakin cepat, dan aku merasa seperti waktu menjadi semakin pelan. Aku tidak yakin jika ini adalah hasil dari system atau ini adalah kemampuan yang dimiliki manusia. Yang kutahu adalah aku bisa melihat semua gerakannya.
Pedangnya, yang condong kebelakang, mulai mengeluarkan sinar orange dan menuju kearahku dengan cepat. Stats nya pasti agak tinggi, seperti yang bisa kau bayangkan dari anggota guild terbaik, tapi waktu yang dibutuhkan skillnya untuk dimulai lebih cepat dari dugaanku. Pedang yang bersinar terang itu menuju kearahku. Jika aku mengenai skill itu dengan telak tanpa ragu lagi aku akan menerima damage yang cukup untuk mengakhiri duel. Wajah Kuradeel menunjukkan kenikmatan dari kemenangan yang terlihat di depan mata. Tapi-
Sword Art Online Vol 01 - 124.jpg
Pedangku, dengan bagian kepalanya duluan, bergerak agak lebih cepat, membuat sebuah garis hijau dan mengenai pedangnya sebelum serangan dia berakhir. Systemnya mengkalkulasikan damage yang dihasilkan oleh pedangku, dan menciptakan percikan yang besar.
Hasil lain dari dua senjata beradu adalah <Weapon Break>. Itu hanya mungkin terjadi ketika sebuah senjata menerima pukulan berat dibagian lemah strukturnya.
Tapi aku yakin kalau senjatanya akan hancur. Senjata dengan dekorasi yang terlalu banyak punya ketahanan yang rendah.
Seperti yang kuduga—dengan sebuah suara yang menyakitkan telinga—pedang two-handed Kuradeel patah. Muncul efek seperti ledakan.
Kami melewati satu sama lain ditengah udara dan mendarat ditempat orang yang satunya melompat. Setengah bagian yang patah dari pedangnya berputar diudara, memantulkan sinar matahari, sebelum tertancap di lantai batu diantara kami. Setelah itu, patahan yang ada di lantai dan di tangan Kuradeel pecah menjadi polygon fragment.
Kesunyian menguasai plaza selama beberapa saat. Semua penonton membeku dengan mulut mereka yang terbuka lebar. Tapi ketika aku mendarat, berdiri, dan mengayunkan pedangku dari kiri ke kanan karena kebiasaan, mereka mulai bersorak.
“Hebat!”
“Apa dia mungkin mengincar hal itu!?”
Ketika aku mendengar semua orang mulai mengkritik pertarungan singkat itu, aku menghela napas. Bahkan jika itu hanya satu skill, menunjukkan bahkan hanya satu kartu dari tanganku bukanlah sesuatu yang bisa kugembirakan.
Dengan pedang di tanganku aku mulai berjalan kearah Kuradeel terduduk dengan punggungnya yang mebelakangiku. Punggungnya, yang ditutupi oleh jubah putih, bergetar dengan keras. Setelah menyarungkan pedangku dengan suara kencang yang disengaja, aku berkata dengan suara pelan.
“Jika kau ingin menantangku lagi dengan senjata baru aku akan melawanmu lagi…tapi ini sudah cukup kan?”
Kuradeel bahkan tidak mencoba untuk melihat kearahku. Dia menggoncangkan tangannya di lantai seperti orang gila. Tapi dia mengatakan dengan suara yang bergetar “Aku mundur dari pertarungan.” Seharusnya dia bisa mengatakan <Aku menyerah> atau <Aku kalah> kan.
Segera setelahnya, sebaris dari garis berwarna ungu muncul tepat dimana itu pertama muncul ketika itu menunjukkan saat pertarungan dimulai, kali ini menunjukkan kalau pertarungan telah berakhir dan pemenangnya. Sorakan lainnya terdengar, kemudian Kuradeel berdiri terhuyung dan berteriak pada para penonton.
“Apa yang kalian lihat! Pergi kalian!”
Lalu dia berbalik perlahan kearahku.
“Kau… Aku akan membunuhmu… Aku pasti akan membunuhmu…”
Aku tidak bisa menyangkal kalau aku agak takut dengan mata itu.
Emosi di SAO terasa sedikit berlebihan, tapi dengan kebencian yang terlihat di mata sipit Kuradeel, matanya terlihat lebih menyeramkan dari monster.
Seseorang berdiri di sampingku ketika aku terkejut.
“Kuradeel, Aku memerintahkanmu sebagai wakil ketua dari Knights of the Blood. Aku membebas tugaskanmu dari jabatan sebagai pengawal. Kembalilah ke markas dan tunggu disana hingga ada perintah lebih lanjut.”
Kata-kata dan ekspresi Asuna keduanya dingin. Tapi aku merasa ada rasa stress dibalik suaranya dan tanpa sadar memegang pundaknya. Asuna sedikit menyandarkan tubuhnya yang tegang.
“…ap…apa-apaan…ini…”
Suara itu sedikit terdengar di telinga kami. Sisanya, mungkin sekumpulan kata kutukan yang tidak keluar dari mulutnya. Kuradeel melotot kearah kami. Tidak salah lagi dia berpikir untuk menyerang kami dengan senjata cadangannya, meskipun dia tahu kalau crime prevention code akan menghentikannya.
Tapi dia bisa menahan diri dan mengambil keluar sebuah teleport crystal dari dalam jubahnya. Dia mengangkatnya, menggenggamnya dengan begitu kuat hingga aku berpikir kalau itu akan hancur, dan bergumam “Teleport…Grandum.” Dia memeloloti kami dengan kebencian bahkan ketika badannya mulai menghilang didalam cahaya biru.
Ketika cahayanya menghilang, sebuah kesunyian yang menusuk menyebar di sekitar plaza. Para penonton terlihat kaget dengan kemarahan Kuradeel, tapi mereka segera pergi dalam kelompok-kelompok kecil. Pada akhirnya hanya aku dan Asuna sajalah yang tertinggal.
Apa yang harus aku katakan? Pikiran itu berputar-putar dikepalaku, tapi karena aku telah hidup sendiri selama dua tahun, tidak ada satupun hal berguna yang muncul di pikiranku. Aku bahkan merasa tidak ingin memastikan apa aku melakukan hal yang benar atau tidak.
Lalu akhirnya Asuna berjalan dan mulai berbicara dengan suara yang rapuh.
“…maaf. Aku membuatmu terlibat dalam hal ini.”
“Tidak…Aku sih tidak apa-apa, Tapi apa kau akan baik-baik saja?”
Menggelengkan kepalanya perlahan, si wakil ketua dari guild terkuat memberikan senyuman yang bersemangat tapi lemah.
“Yeah, Kupikir aku juga salah karena memaksakan peraturan guild kepada semuanya dengan keras demi menyelesaikan game nya lebih cepat lagi…”
“Kupikir…wajar kau melakukan hal seperti itu. Jika mereka tidak mempunyai orang sepertimu kecepatan menyelesaikan game ini akan sangat berkurang. Yah, itu bukan hal yang bisa dikatakan oleh player solo pemalas sepertiku…ah, aku tidak bermaksud begitu.”
Aku bahkan tidak tahu apa yang ingin kukatakan lagi, jadi aku mengatakan apapun yang muncul di kepalaku.
“…jadi, tidak ada yang akan protes, jika kau…mengambil cuti sementara dengan seseorang yang tidak memikirkan apapun sepertiku.”
Mendengar kata-kata itu Asuna berkedip beberapa kali dengan ekspresi bingung, lalu dia tersenyum yang agak pahit dan mengendurkan raut wajahnya.
“…yah, aku mengucapkan terima kasih. Kalau begitu aku akan menikmati hari ini sebanyak yang aku bisa. Aku akan mempercayakan posisi menyerang padamu.”
Dia berbalik dengan semangat dan mulai berjalan melewati jalan yang menuju keluar kota.
“Apa? Hey! Menyerang kan seharusnya dilakukan bergantian!”
Bahkan ketika aku mengkomplain, aku menghela napas karena lega dan ikut berjalan kearah rambut berwarna coklat-chestnut yang tertiup angin dengan perlahan.

Bab 8

Udara yang terasa di hutan terasa hangat. Perasaan gelisah yang muncul kemarin malam terasa seperti hanya sebuah ilusi. Matahari pagi bersinar melewati celah pohon, membuat pilar keemasan yang terbuat dari cahaya menyinari kupu-kupu dengan indahnya. Sayangnya, semua itu hanyalah efek visual, jadi kau tidak bisa menangkapnya meskipun kau mengejarnya.
Sambil menerobos melalui semak-semak tipis, Asuna berbicara dengan nada menyindir.
“Kau selalu memakai pakaian yang sama.”
Ah.
Aku melihat ke badanku: Sebuah jaket kulit hitam yang agak longgar, sepasang celana dan baju yang berwarna sama. Aku tidak mememakai equipment armor yang berbahan besi sedikitpun.
“Yah, memangnya kenapa? Jika aku punya uang lebih untuk membeli baju, lebih baik aku membeli sesuatu untuk dimakan…”
“Apa ada alasan kenapa kau yang kau pakai semuanya hitam? Atau itu hanya untuk menunjukkan ekspresi karaktermu?”
“B-bagaimana dengan kau sendiri? Kau selalu mengenakan jubah berwarna putih dan merah itu…”
Sambil berbicara, aku mulai menscan area sekitar karena kebiasaanku tanpa berpikir sama sekali. Tidak ada monster sama sekali disini. Tapi-
“Mau bagaimana lagi. Ini kan seragam gui…huh? Ada apa?”
“Tunggu sebentar…”
Aku mengangkat tangan kananku sedikit untuk mendiamkan Asuna. Ada seorang player di ujung dari daerah yang terkena scan. Ketika aku memfokuskan untuk menscan area dibelakangku, banyak cursor berwarna hijau yang mulai muncul, menunjukkan kalau ada banyak player disana.
Tidak mungkin itu kelompok perampok. Perampok selalu memburu player yang lebih lemah dari mereka, Jadi mereka sangat jarang terlihat disekitar garis depan, dimana semua player terkuat berkumpul. Yang lebih penting, ketika seorang player melakukan sebuah kejahatan, cursor mereka akan berubah menjadi oranye dan tidak akan kembali ke hijau dalam waktu yang lama. Apa yang aku khawatirkan adalah jumlah mereka.
Aku membuka peta dari menu utama dan menaruhnya dalam posisi show mode supaya Asuna bisa melihatnya. Peta dari area yang terkena scan ku menunjukkan cursor berwarna hijau. Mereka ada dua belas orang.
“Banyak sekali…”
Aku mengangguk mendengar apa yang dikatakan Asuna. Biasanya ketika ada terlalu banyak anggota dalam sebuah party, akan menjadi lebih sulit untuk bertarung, jadi lima atau enam orang adalah jumlah yang ideal.
“Lihat jumlah orangnya.”
Kumpulan cahaya itu dengan cepat menuju kearah sini dalam bentuk barisan dua garis yang rapi. Kecuali di dalam dungeon berbahaya, jarang sekali aku melihat grup besar yang kompak seperti itu di atas field.
Jika kami bisa melihat level anggotanya, kami mungkin bisa mengetahui apa yang mereka lakukan, tapi player bahkan tidak bisa melihat nama player lain yang baru mereka temui. Itu adalah sistem default yang dibuat untuk mencegah player melakukan PKing—membunuh player—dengan bebas, jadi itu hanya menyisakan kami pilihan untuk menebak level mereka dengan melihat equipment mereka.
Aku menutup map dan melirik kearah Asuna.
“Kita harus melihat siapa mereka. Ayo bersembunyi dibalik pepohonan hingga mereka lewat.”
“Ya, kau benar.”
Asuna mengangguk dengan ekspresi tegang. Kami memanjat ke sebuah tebing kecil dan menunduk dibalik sebuah semak-semak yang hampir setiggi badan kami. Itu adalah tempat yang bagus untuk mengamati grup itu ketika mereka lewat.
“Ah…”
Asuna tiba-tiba melihat kearah pakaiannya. Seragam merah dan putih nya agak mencolok diantara pohon-pohon hijau ini.
“Apa yang harus kulakukan? Aku tidak punya equipment lain…”
Sword Art Online Vol 01 - 132.jpg
Titik-titik nya semakin mendekat. mereka sekarang sudah berada didalam jarak pandang kami.
“Maafkan aku sebentar.”
Aku membuka mantelku dan menggunakannya untuk menutupi Asuna juga. Asuna melotot kearahku sedikit tapi akhirnya mengizinkanku untuk menutupinya. Mantelnya tidak terlalu bagus untuk dilihat, tapi memberi sebuah bonus bersembunyi yang tinggi. Dengan ini, akan sulit untuk menyadari kami tanpa menggunakan skill scanning tingkat tinggi.
“Yah, mantel ini tidak terlalu bagus, tapi ini sangat berguna kan?”
“Tau ah! …shh, mereka datang!”
Asuna berbisik dan menaruh jarinya di bibirnya. Aku membungkuk lebih rendah dan suara langkah kaki terdengar di telingaku.
Perlahan, kami bisa melihat grup itu melewati jalan setapak.
Mereka semua adalah warrior. Semuanya menggunakan armor metal berwarna hitam dan pakaian bertarung berwarna hijau yang sama. Equipment mereka mempunyai desain yang normal, kecuali untuk gambar kastil di setiap perisai mereka yang mencolok.
Enam orang di depan mempunyai one-handed sword dan enam dibelakang mempunyai halberd. Mereka semua menurunkan penutup helm mereka, jadi kami tidak bisa melihat ekspresi mereka. Ketika kami melihat ke dua belas player berjalan dengan barisan sempurna, aku sempat berpikir kalau mereka adalah sebuah grup yang terdiri dari NPC.
Aku yakin sekarang. Mereka adalah anggota dari grup besar yang membuat kota di lantai pertama sebagai markas pusat mereka: <The Army>. Aku bisa merasakan kalau Asuna menahan napasnya.
Mereka bukan musuh bagi player biasa. Malahan, mereka bisa dianggap sebagai grup yang paling bekerja keras untuk menghentikan kejahatan.
Tapi cara mereka agak sedikit kasar, dan ada yang bilang kalau mereka menyerang player oranye—disebut begitu karena cursor mereka berwarna orange—segera setelah mereka ditemukan dan tanpa berkata apapun. Lalu mereka akan melucuti equipment para player oranye dan memenjarakan mereka di dalam ruang bawah tanah dari Black Iron Castle. Rumor tentang bagaimana <The Army> memperlakukan orang-orang yang tidak menyerah dan gagal melarikan diri agak menakutkan.
Mereka juga sering menjelajah dengan party beranggotakan banyak dan mengontrol seluruh daerah berburu, jadi kalimat "tidak boleh pergi mendekati <The Army>" menjadi pengetahuan umum diantara para player. Yah, mereka biasanya beroperasi di lantai lima puluhan dan dibawahnya, berusaha memperkuat grup mereka dan menegakkan hukum, jadi jarang sekali melihat mereka di garis depan-
Ke dua belas warrior menghilang kedalam hutan bersamaan dengan suara armor dan sepatu mereka.
Melihat cara semua player mendapatkan softwarenya, kau bisa bilang kalau sebagian besar orang yang terjebak didalam sao adalah maniak game, yang tidak peduli dengan kata <Peraturan> atau sejenisnya. Tapi kenyataan kalau mereka masih menunjukkan pergerakan yang teratur sangat hebat. Mereka mungkin adalah satuan terkuat dari <The Army>.
Setelah memastikan kalau mereka telah keluar dari batas peta, Asuna dan aku menghela napas lega.
“…rumornya, sungguhan…”
Aku berbisik pada Asuna saat mantelku masih menutupinya untuk bertanya.
“Rumor?”
“Ya. aku mendengar saat guild meeting kalau <The Army> mengubah cara mereka bekerja dan mulai muncul di lantai-lantai atas. Mereka pernah disebut sebagai grup yang mencoba untuk menyelesaikan gamenya kan? tapi setelah kerusakan yang mereka terima ketika melawan boss di lantai 25, mereka mulai memfokuskan untuk memperkuat grup mereka dan berhenti bertarung di garis depan. –Jadi, daripada pergi ke labyrinth dengan jumlah besar seperti yang biasa mereka lakukan, mereka memutuskan untuk mengirimkan unit yang lebih kecil dan elit dan mencoba untuk menunjukkan kalau mereka masih berusaha keras untuk menyelesaikan game nya. Laporan mengatakan kalau unit pertama akan segera muncul.”
“Jadi, mereka memamerkan kemampuan mereka. Tapi apa mereka akan baik-baik saja menerjang begitu saja ke area yang belum terjamah…? Mereka terlihat berlevel tinggi tapi…”
“Mungkin…mereka akan mencoba untuk mengalahkan boss…”
Dalam setiap labyrinth, ada satu boss yang menjaga tangga ke lantai selanjutnya.. Mereka tidak muncul lagi dan mereka sangat kuat, tapi reputasi dan popularitas yang didapat untuk mengalahkan mereka sangat besar. Itu pasti akan sangat efektif untuk mendapatkan kehormatan.
“Jadi mereka mengumpulkan orang-orang itu…? Tapi itu tetap bodoh. Masih belum ada orang yang pernah melihat boss dari lantai 74. Biasanya, orang-orang akan terus mengirimkan grup bantuan untuk menganalisa kekuatan dan gaya bertarung boss.”
“Yah, bahkan guild-guild bekerja sama untuk mengalahkan para boss. Mungkin mereka melakukan hal yang sama…?”
“Aku tidak tahu… Yah, mereka seharusnya juga tahu kalau mencoba melawan boss seperti ini akan sia-sia. Kita harus cepat. Kuharap kita tidak akan bertemu mereka disana.”
Aku bangun dan agak sedikit menyesal karena harus melepaskan Asuna. Asuna menggigil ketika dia keluar dari mantelku.
“Sekarang sudah hampir musim dingin… aku harus membeli sebuah mantel juga. Di toko mana kau membeli mantel itu?”
“Hmm…mungkin di toko pemain dibagian barat dari Algade.”
“Kalau begitu ajak aku kesana kalau kita sudah selesai menjelajah.”
Setelah mengatakan itu, Asuna melompat turun perlahan ke jalan setapak. Aku mengikutinya. Dengan bantuan sistem, ketinggian seperti ini tidak masalah bagiku.
Mataharinya sudah hampir berada di tempat tertinggi. Asuna dan aku menuruni jalan setapak dengan cepat sambil memperhatikan sekeliling kami.
Untungnya, kami bisa keluar dari hutan tanpa bertemu satu monster pun, dan padang rumput yang penuh dengan bunga biru muncul didepan kami. Jalan setapaknya lurus melewati padang rumput, dan pada ujung nya berdiri tegak Labyrinth Area.
Pada tempat tertinggi dari menara ini, akan ada ruang besar dan satu boss akan menjaga tangga menuju ke lantai selanjutnya-lantai 75. Jika boss nya sudah ditaklukkan dan seseorang sampai pada living area dari lantai selanjutnya dan mengaktifkan teleport gate, maka lantai ini akan clear.
<Pembukaan Kota> akan diselenggarakan oleh kerumunan besar orang-orang dari lantai bawah yang datang untuk melihat kota yang baru, dan seluruh tempat akan menjadi hidup seperti sebuah festival. sekarang ini, sudah sembilan hari sejak orang-orang mulai aktif menjelajah lantai 74. Sudah waktunya untuk seseorang menemukan boss nya.
Menara disini adalah bangunan melingkar yang terbuat dari batu kapur berwarna coklat kemerahan. Ini adalah tempat dimana aku dan Asuna pernah berada sebelumnya, tapi aku masih merasa terintimidasi dengan ukurannya yang besar. Meski begitu, ukurannya hanyalah satu per seratus dari Aincrad. Ini adalah harapan yang tidak mungkin terkabul, tapi, diam-diam, aku berharap untuk bisa melihat kastil melayang ini dari luar.
Kami tidak bisa melihat unit dari <The Army>. Mereka kemungkinan besar sudah berada di dalam. Kami berjalan menuju ke pintu masuk, mempercepat langkah kami tanpa sadar.








 

No comments:

Post a Comment